b9

Menakar Efektivitas Pendidikan Jambi, Jangan Menunggu Satu Dekade

Menakar Efektivitas Pendidikan Jambi, Jangan Menunggu Satu Dekade

Noviardi Ferzi-ist/jambi-independent.co.id-

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Dunia berjalan dengan cepat, tak ada yang bisa menunggu, tak terkecuali dunia pendidikan.

Dalam ranah akademis lazim postulat yang mengemukakan bahwa evaluasi program pendidikan idealnya dilakukan dalam rentang waktu menengah hingga panjang, yakni 2 hingga 10 tahun. 

Premis tersebut secara metodologis dan kebijakan memiliki sejumlah keterbatasan yang penting untuk dikritisi—terutama dalam konteks daerah seperti Provinsi Jambi yang membutuhkan laju reformasi pendidikan yang adaptif dan responsif.

Mengasumsikan bahwa semua program pendidikan memerlukan horizon waktu panjang berarti mengabaikan kenyataan bahwa indikator jangka pendek memiliki nilai strategis yang sangat signifikan bagi pengambil kebijakan daerah.

BACA JUGA:Geger! Kebakaran Hanguskan 2 Rumah di Tanjung Katung Muaro Jambi

Literatur empiris lima tahun terakhir menunjukkan bahwa berbagai intervensi pendidikan dapat menghasilkan perubahan yang terukur dalam jangka pendek 6–12 bulan.

Kraft dan Falken (2019) menemukan bahwa teacher coaching mampu meningkatkan kemampuan pedagogis dan capaian belajar secara signifikan dalam waktu kurang dari satu tahun ajaran. 

Bagi Jambi, yang sedang berupaya memperbaiki kompetensi guru serta mendorong efektivitas penggunaan APBD pendidikan, temuan ini sangat krusial.

Jika pemerintah daerah menunggu hasil jangka menengah atau panjang, maka peluang untuk melakukan koreksi kebijakan akan terbuang, padahal dinamika fiskal dan kebutuhan peningkatan mutu pendidikan di Jambi menuntut evaluasi yang jauh lebih cepat.

BACA JUGA:Nah Loh! Bareskrim Naikkan Kasus Kayu Terseret Banjir di Sumut ke Penyidikan

Penekanan artikel pada Randomized Controlled Trials (RCT) sebagai standar emas evaluasi juga perlu ditempatkan secara proporsional. Hannan et al. (2021) menunjukkan bahwa RCT di pendidikan sering menghadapi tantangan implementation variability, terutama di wilayah dengan ketimpangan kualitas guru, fasilitas, dan orientasi manajemen sekolah.

Kondisi ini sangat relevan bagi Jambi, yang masih menghadapi ketimpangan pendidikan antara wilayah perkotaan seperti Kota Jambi dan wilayah terpencil seperti Tanjung Jabung Timur, Sarolangun, dan Merangin. 

Dalam struktur ketimpangan seperti ini, hasil RCT cenderung memiliki external validity yang rendah, sehingga tidak dapat menjadi dasar tunggal perumusan kebijakan.

Jambi membutuhkan pendekatan mixed-methods impact evaluation yang memungkinkan pemahaman lebih kaya tentang proses implementasi, konteks sosial sekolah, dan dinamika lokal yang mempengaruhi keberhasilan program.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: