Kurang Tidur Malam Terbukti Berdampak Buruk bagi Otak dan Jantung
Dampak Buruk Sering Begadang Terhadap Kesehatan-Ist/jambi-independent.co.id-
JAMBI - INDEPENDENT.CO.ID - Bagi banyak orang, malam hari menjadi waktu satu-satunya untuk beristirahat setelah seharian penuh bekerja dan beraktivitas padat. Saat malam tiba, sebagian memilih bersantai, menonton tayangan favorit, mengobrol dengan keluarga, atau menuntaskan hal-hal yang tertunda.
Namun tanpa disadari, kebiasaan menggulir gawai atau menonton drama hingga larut malam justru membuat seseorang cenderung begadang dan mengorbankan waktu tidurnya.
Kurang tidur tidak hanya menyebabkan rasa kantuk dan pusing di pagi hari, tetapi juga berdampak serius pada fungsi organ vital, terutama otak dan jantung.
BACA JUGA:Simak! Ini 3 Prioritas Besar dari Presiden Prabowo untuk Polri, Termasuk Judi Online
Menurut dr. Ritu Jha, Direktur sekaligus Kepala Departemen Neurologi di Rumah Sakit Sarvodaya, tidur yang tidak cukup atau tidur yang terputus-putus dapat memicu penurunan fungsi kognitif sejak dini.
Saat seseorang kurang tidur, otak kehilangan kesempatan untuk melakukan proses pembersihan limbah metabolik.
Kondisi ini membuat kemampuan otak dalam menyimpan dan memproses informasi menurun, sehingga daya ingat pun terganggu.
Ia menegaskan bahwa penurunan fungsi kognitif akibat kurang tidur tidak hanya terjadi pada lansia, tetapi juga bisa dialami oleh orang muda.
BACA JUGA:Sabrina Chairunnisa Gugat Cerai Deddy Corbuzier, Resmi Terdaftar di Pengadilan Agama Tigaraksa
Selain berdampak pada otak, kurang tidur juga menimbulkan tekanan besar bagi jantung. Dr. Praveen Kulkarni, Direktur Kardiologi Intervensi di Rumah Sakit Super Spesialis Nanavati Max, Mumbai, menjelaskan bahwa tidur yang cukup berperan penting dalam menjaga keseimbangan sistem kardiometabolik.
Jika seseorang tidak mendapatkan tidur berkualitas, hubungan antara fungsi jantung, hormon, dan metabolisme tubuh akan terganggu.
Ia menambahkan, kurang tidur kronis dapat meningkatkan kadar hormon ghrelin (yang memicu rasa lapar) dan menurunkan hormon leptin (yang menimbulkan rasa kenyang).
Ketidakseimbangan ini menyebabkan kenaikan berat badan, peningkatan tekanan darah, serta risiko hipertensi.
BACA JUGA:KPK Telusuri Dugaan Korupsi Tambang Emas Ilegal Sekotong, Terbitkan Dua Sprinlid
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



