Renungan : Malam Keagungan Melayu Jambi di Malam Jumat

Renungan : Malam Keagungan Melayu Jambi di Malam Jumat

Oleh : Dr. Noviardi Ferzi

Malam ini seperti tahun sebelumnya, Dinas Pariwisata Provinsi Jambi kembali menggelar Malam Keagungan Melayu Jambi (MKMJ). Tahun ini festival yang menampilkan berbagai pentas seni budaya asli Jambi itu di laksanakan di Ratu Convention Centre, tepat di hari Kamis Malam Jumat (6/1/21). Malam dimana banyak masyarakat mengelar pengajian membaca yasin dan tahlil di kampung - kampung sebagai budaya Islami masyarakat Jambi.

Malam Keagungan Budaya Jambi (MKMJ) berupa Festival, kenduri, pergelaran budaya yang di dalamnya ada pergelaran seni.

Kegiatan ini sebenarnya amat positif karena menjadi alat dalam mengembalikan memori masyarakat akan buah budaya masa lalu mereka.

Harapannya dengan kegiatan ini bisa memperkuat karakter dan kebanggaan orang melayu Jambi akan budayanya. Sehingga membentuk iklim ekosistem masyarakat yang menghargai budayanya, sejarahnya, asal usulnya, tak menjadi Kacang Lupa Kulitnya. Tapi, ironisnya, kita lupa, budaya menghargai malam jumat untuk pengajian dengan yasin, tahlil dan doa juga bagian dari budaya Jambi.

Tradisi yang berkembang di masyarakat Indonesia termasuk Melayu Jambi secara turun temurun menjadikan malam Jumat sebagai malam yang  " sakral ", waktu yang biasa digunakan untuk pengajian, baik yasinan, tahlil dan sadaqohan.

Tentu kita berprasangka baik diadakannya Malam Keagungan Budaya Jambi (MKBJ) sebagai suatu kebetulan bahwa tanggal 6 Januari 2022 jatuh pada malam Jumat. Suatu kebetulan pula mungkin banyak tamu agung dan penting, baik Gubernur dari Provinsi Tetangga maupun pejabat pusat yang ingin menyaksikan pagelaran budaya tersebut. Namun, di saat banyak masyarakat yang sedang khusyu membaca Quran, Yasin dan Tahhil, lalu di saat bersamaan ada pertunjukan budaya lengkap tari, musik, lighting lampu dilaksanakan. Menurut hemat penulis ini justru mempertontonkan kita kurang berbudaya ?

Dalam tradisi masyarakat Jambi, bacaan yang populer di masyarakat saat mengisi kegiatan keagamaan di malam Jumat adalah Surat Yasin. Surat ini dibaca di banyak majelis. Ada yang menjadikannya sebagai rangkaian bacaan tahlil, sebagian lagi membacanya untuk mengawali pengajian, ada pula yang menjadikan bacaan Yasin sebagai acara inti yang biasa kita kenal dengan sebutan jamaah Yasinan, atau sebatas rutinitas individu yang dibaca di setiap malam Jumat. 

Hari Jumat memiliki sejumlah keistimewaan. Karenanya melaksanakan ibadah sunah malam Jumat sangat dianjurkan. Demikian diriwayatkan oleh Al-Imam al-Syafi'i dan al-Imam Ahmad dari Sa'ad bin 'Ubadah. Di hari Jumat Nabi Adam diciptakan. Pada hari Jumat pula, Nabi Adam dimasukkan ke surga dan pada hari itu ia dikeluarkan dari surga. Kiamat juga disebut akan terjadi pada hari Jumat.

"Rajanya hari di sisi Allah adalah hari Jumat. Ia lebih agung dari pada hari raya kurban dan hari raya Fitri," begitu bunyi hadis yang diriwayatkan Al-Imam al-Syafi'i dan al-Imam Ahmad.

Malam Jumat memang malam yang disakralkan sejak zaman dahulu, sebagaimana pepatah Adat bersendi syarak, syarak bersendi Kitabullah atau lengkapnya "Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, syarak mangato adat mamakai".

Hukum adat berdasarkan hukum agama, hukum agama berdasarkan Alquran.

Segala perbuatan atau pekerjaan hendaknya selalu mengingat aturan adat dan agama, jangan hendaknya bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Termasuk menggelar Malam Keagungan Budaya Jambi malam ini.

Terlepas melaksanakan Malam Keagungan Budaya Jambi di malam Juamt menuai perbedaan pendapat dikalangan masyarakat, tetapi selama hal itu positif, maka hakekatnya bukanlah suatu persoalan yang harus di perdebatkan. Tapi yang nama perbedaan tetap bisa disampaikan ? Tulisan ini bertujuan untuk itu. Salam Budaya. ***Penulis adalah Akademisi dan Pengamat****

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: