Kamar Penuh, Lurah Turun Tangan

Kamar Penuh, Lurah Turun Tangan

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, JAMBI – Malangnya nasib seorang warga RT 11, Kelurahan Budiman, Kecamatan Jambi Timur. Az, bocah berusia 2,8 tahun, anak dari Nanda (31), dikabarkan ditolak Rumah Sakit Theresia Jambi, untuk dirawat.

Kata Nanda, anak perempuannya itu sakit step dan demam tinggi. Selasa (24/8), anaknya langsung dibawa ke rumah sakit yang tak jauh dari rumahnya di Budiman. Nanda langsung menuju ke Rumah Sakit Theresia.

Sekira pukul 03.00, Nanda bersama anaknya tiba di rumah sakit. Sebelum mendapat perawatan, si bocah langsung diminta tes antigen. Ternyata, begitu hasilnya telah keluar dan positif, pihak rumah sakit menolak untuk merawat pasien dengan alasan, kamar isolasi sudah penuh.

“Kemudian karena si anak positif, jadi harus bayar umum tidak ditanggung BPJS, apo gunonyo BPJS itu,” keluh Nanda, Rabu (25/8). Dirinya sendiri tak mempermasalahkan jika harus bayar, namun hanya bayar antigennya saja, tidak dengan obat-obat dan segala macam lainnya yang menurut dia, seharusnya bisa ditangguhkan dengan BPJS.

Akhirnya dia pun membayar total Rp 900 ribu lebih. Jika tak bisa membayar, pasien tak bisa dibawa keluar, atau dirujuk ke rumah sakit lainnya. Karena tak ada uang, dia menghubungi lurah.

“Jadi yang bayar itu lurah, karena kami tak ada pegang uang. Akhirnya yang dibayar hanya Rp 250 ribu, sisanya tidak,” sebutnya. Sang lurah pun meminta ambulan untuk di rujuk ke RS Abdul Manap.

Lurah Budiman, Suryadi, mengatakan bahwa memang bayi tersebut mempunyai riwayat penyakit epilepsi, dan kerap cek di RS Theresia dengan menggunakan BPJS. Namun, pada Selasa (24/8), pasien direncakan akan dirawat, sehingga harus dites rapid antigen. Hasilnya, ternyata reaktif covid-19.

Sementara, pihak rumah sakit mengatakan bahwa ruangan khusus covid-19 sudah penuh. Keluarga pasien pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Namun, jika pasien dibawa pulang, pembiayaan selama pengecekan di RS Theresia, tidak bisa menggunakan BPJS dan harus membayar Rp 900 ribu.

Dikarenakan ayah pasien yang bekerja sebagai sopir tidak memiliki biaya untuk membayar, maka mereka menunggu berjam-jam di UGD. “Karena tidak ada uang, orang tua pasien melapor ke ketua RT, dan pak RT melapor ke lurah,” ujar Suryadi.

Akhirnya, dia langsung mengurus administrasi untuk membayar biaya sebesar Rp 900 ribu. Namun, pihak rumah sakit hanya meminta Rp 250 ribu untuk biaya tes antigen. “Setelah dibayar, saya minta untuk dirujuk ke RS Abdul Manap, dan akhirnya pasien langsung menuju Abdul Manap,” ujarnya.

Lanjutnya, Rabu (25/8) kemarin, pihak RS Theresia meminta bantuan kepolisian untuk mediasi dengan dirinya. “Pihak rumah sakit minta maaf atas miss komunikasi ini dan mengembalikan uang Rp 250 ribu tersebut. Secara formalitas, saya terima. Namun, saya minta pihak rumah sakit untuk memberikan uang itu ke pasien, mungkin berupa makanan atau sebagainya,” jelasnya.

Selain itu, kata dia pihak rumah sakit juga akan mendatangi keluarga pasien untuk minta maaf atas miss komunikasi yang terjadi.

Sementara itu, Kabid Pelayanan Rumah Sakit Theresia, Sriyani saat dikonfirmasi belum memberikan jawaban. “Maaf pak, kami belum bisa, besok (red, hari ini) saja sekalian kami mengadakan pertemuan dengan lurah, kapolsek dan keluarga pasien,” singkatnya. (slt/tav)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: