Miris, Gara-gara Air Minum, Santri Ini Dianiaya Temannya Hingga Tewas

Miris, Gara-gara Air Minum, Santri Ini Dianiaya Temannya Hingga Tewas

SENGETI, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Muarojambi saat ini sedang menangani kasus penganiayaan yang berawal dari perkelahian antara dua santri di salah satu pondok pesantren di kawasan Mestong yang berujung tewasnya seorang santri laki-laki, meski sempat dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Kanit PPA Polres Muarojambi, Ipda Ismoyo saat dikonfirmasi, membenarkan adanya kejadian penganiayaan di Ponpes tersebut, saat ini pihak penyidik kepolisian masih melengkapi administrasi terlebih dahulu sebelum melanjutkan pemerikskaan saksi.

Pelakunya adalah teman korban sendiri, sebelum tewas keduanya sempat berkelahi dan pelakunya saat ini telah ditahan di Mapolres Muarojambi.

"Untuk saat ini polisi masih melakukan penyidikan lebih lanjut dengan fokus masih memeriksa pelakunya terlebih dahulu sedangkan untuk pihak pondok pesantren belum dimintai keterangannya," kata Ipda Ismoyo.

Sementara itu keluarga santri yang jadi korban sudah melaporkan kasus itu ke polisi, di mana korban meregang nyawa karena diduga cekcok dan berkelahi dengan teman satu pondok pesantren.

Diketahui, kejadian tersebut pada Kamis 25 Februari lalu, korban dan pelaku saat membolos dari pengajian, dan kabur ke kamar yang ada di pondok tersebut.

Pada saat berada di kamar, pelaku dan korban bersama-sama memakan bekal hasil kunjungan para orang tua yaitu nasi pecel. Usai memakan bekal tersebut pelaku mengaku kepedasan dan menyuruh korban untuk keluar dari kamar mencari air mineral.

Namun korban menolak dan tidak mau keluar untuk mencari air mineral karena takut ketahuan guru karena bolos mata pelajaran.

"Pada saat itulah korban dipukul oleh pelaku dan sisitulah pemicu perkelahian antar keduanya," kata Kepala Desa Lopak Alai, Pawi yang juga keluarga korban kepada sejumlah media.

Pawi menjelaskan, menurut informasi yang dirinya dapat, pada saat berkelahi pelaku secara membabi buta menghajar dan menginjak leher korban dan tidak hanya itu saja, saat korban terjatuh ke lantai dan hendak berdiri kepala belakang korban dipijak oleh pelaku hingga kepala korban terbentur ke lantai dan pingsan.

Setelah kejadian perkelahian tersebut, pelaku begitu saja meninggalkan korban di lokasi dan usai pengajian teman korban lainnya datang ke kamar dan melihat korban tergelatak di lantai kamar dan kemudian memangil pihak pengelola pondok pesantren.

"Akibat perkelahian, korban mengalami luka di bagian kepala dan mengalami pendarahan otak berdasarkan pemeriksaan medis," kata Pawi.

Pihak pesantren kemudian membawa korban ke Rumah Sakit Theresia Pal 10, di sana korban sempat mendapat perawatan. Karena melihat kondisi biaya yang cukup mahal, lalu korban dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Raden Mattaher Jambi.

Di RSUD Raden Mattaher Jambi, korban dirawat di ruang IGD selama dua hari dan akhirnya dinyatakan meninggal dunia dan jasadnya dibawa pulang kerumah duka untuk dimakamkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: