Sekolah Penggerak, SDN 28 Ajarkan Siswa untuk Berkarya

Sekolah Penggerak, SDN 28 Ajarkan Siswa untuk Berkarya

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, KOTA JAMBI, JAMBI – Sejak dini, siswa-siswi di SDN 28 Kota Jambi diajarkan untuk dapat memiliki dan mengasah soft skillnya. Melalu kegiatan yang ada di sekolah, siswa tak hanya mendapatkan pembelajaran teori saja. Namun juga terlibat langsung dalam praktek.

Kepala SDN 28 Kota Jambi, Eli Hernida mengatakan, dari siswa kelas 1 hingga kelas 6, masing-masing memiliki sebuah project yang harus dikerjakan. Kata dia, ini sesuai dengan program sekolahnya, sebagai salah satu Sekolah Penggerak di Kota Jambi.

“Dari program Sekolah Penggerak ini, memang guru dan siswa diminta untuk mengerjakan project yang telah ditentukan,” ujarnya.

Eli mencontohkan, untuk siswa di kelas 1, pada semester ganjil lalu, sudah mengerjakan project membatik. Di sana, para siswa mengerjakan mulai dari nol. Dari kain polos, hingga diberi motif layaknya membatik secara professional.

“Dari yang tadinya kosong, lalu siswa diajarkan untuk berinovasi, diwarnai dan dipola sendiri. Kemudian mencelupkan kain ke pewarna, hingga menjemur sendiri,” kata Eli.

Eli menyebut, ini menjadi suatu kebanggan tersendiri. Sebab, siswa sejak dini sudah diajarkan bagaimana caranya berkarya.

“Itu kan karya mereka sendiri. Dan siswa pun bangga dengan hasil karyanya. Inilah yang harus dilatih, sesuai dengan program Pak Menteri,” ujarnya.

Di setiap semester dan tingkatkan kelas, menurutnya memiliki project yang berbeda. Guru, orangtua, dan siswa kata Eli harus bekerjasama untuk dapat membentuk pribadi siswa yang baik.

“Dibutuhkan juga kerja sama dengan para orangtua. Tidak hanya di sekolah saja, namun di rumah juga harus tahu, apa yang menjadi bakat dan minat anak. Dengan adanya praktek dan berkarya ini, kita ingin siswa dapat menerapkannya di kemudian hari,” tandasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Jambi, Mulyadi mengatakan, saat ini memang sudah seharusnya sekolah menerapkan paradigma belajar yang tidak menyamaratakan. Kata dia, setiap anak memiliki kebutuhan yang berbeda dalam pembelajaran.

"Sesuai dengan konsep Merdeka Belajar, jangan disamaratakan, tapi harus sesuai dengan kebutuhan anak. Dan guru harus bisa mengerti ini," katanya.

Kata dia, saat ini memang masih ada sekolah yang belum sepenuhnya menerapkan sistem Merdeka Belajar. Pihaknya pun terus melakukan sosialisasi, baik secara formal maupun informal.

"Kita sosialisasikan melalui pengawas pembina masing-masing sekolah, khususnya saat ini fokus pada sekolah penggerak," tandasnya. (tav/enn)

TEKS FOTO

IST/JAMBI INDEPENDENT



 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: