Adam Aceh

Adam Aceh

Hipotesis

Hipotesis adalah penjelasan yang diajukan untuk benar-benar dapat teruji (Allain, 2013). Ya bahasa simpelnya dugaan awal untuk solusi dari suatu masalah, jadi jika dalam sains terdapat masalah atau data baru, maka ia akan jadi hipotesis dulu, karena selain harus objektif, hipotesis juga harus melewati percobaan berulang kali.

Teori

Dalam kehidupan sehari hari, teori biasa diartikan sebagai pendapat suatu individu atau kelompok tertentu. Tapi dalam sains itu artinya beda lagi. Dalam sains, teori didefinisikan sebagai penjelasan tentang aspek alam dan alam semesta yang telah berulang kali diuji dan diverifikasi sesuai dengan metode ilmiah menggunakan protokol pengamatan, pengukuran, dan evaluasi hasil yang diterima (National Academy of Sciences, 1999).

Itu artinya ketika suatu hipotesis sudah terbukti berulang kali dan bisa diverifikasi, maka ia akan disebut teori. Apakah teori itu fakta? Dalam sains jawabannya iya, teori adalah fakta. Richard Dawkins (2000) mengatakan bahwa evolusi adalah fakta. Wilson dan Eisner (1973) juga mengatakan bahwa proses evolusi adalah fakta yang benar benar terjadi. Suatu teori bukanlah fakta yang tidak pasti atau fakta yang kurang sempurna. Tidak pula menggambarkan tingkat kepercayaan yang lebih rendah (Mayr, 1986). Teori adalah gagasan sistematis yang mencoba menjelaskan mengapa dan bagaimana fakta-fakta yang ada di dunia kita ini eksis dan berinteraksi (Luthfi & Khusnuryani, 2005). Apel jatuh dari pohon ke tanah itu fakta, teori gravitasi Newton mencoba menjelaskan mengapa hal itu bisa terjadi. Lalu apakah evolusi merupakan fakta? Bukan, jika kita mengartikan fakta sebagai kebenaran hakiki yang tidak perlu diuji dan dibuktikan (Luthfi & Khusnuryani, 2005).

Teori evolusi adalah teori ilmiah tentang seleksi alam dan proses-proses lain yang menyebabkan evolusi (Futuyma, 1986). Biologi evolusi sebagai sains tidak akan pernah menemukan kebenaran final. Ia terus difalsifikasi, diverifikasi, dan kemajuannya dicapai dengan asumsi (conjectures) dan penolakan (refutation) (Indrianti, 2002).

Jadi pertanyaan akhir, apakah evolusi itu fakta? jawabannya ia, tapi kita tidak bisa menganggapnya sebagai fakta hakiki yang tak terbantahkan, artinya sejauh ini evolusi masih tetap fakta yang butuh verifikasi lebih lanjut. Jadi jangan salah paham lagi.

3. Agam dan Manusia Purba, Duluan Mana?

Kita juga harus tau dulu manusia purba mana yang dimaksud. Jika yang maksud adalah hominid, seperti Australophitecus, perkiraan hidupnya sekitar 418 sampai 2 juta tahun yang lalu (Ward & Hammond, 2016), itu pun tergantung jenisnya bagaimana. Jika yang dimaksud adalah Homo Sapiens, maka bisa dibilang itu bukan lagi manusia yang purba sekali, melainkan sudah modern. Penelitian tahun 2017 lalu menemukan bahwa Homo Sapiens sudah ada sekitar 300.000 tahun yang lalu, itu dihitung berdasarkan penemuan fosil manusia di Jebel Irhoud, Maroko (Richter et al, 2017). Artinya manusia modern sudah ada sejak 300.000 tahun yang lalu.

Lalu kapan Nabi Adam ada? Beberapa sejarawan Islam seperti Al-Maghluts (2008) mengatakan bahwa nabi Adam baru ada sejak 6.000-5.000 tahun yang lalu. Itu artinya usianya masih sangat muda. Tapi karena Adam adalah tokoh ‘fiktif’, kebenaran hakikinya susah ditemukan, karena ia tak meninggalkan fosil atau spesimen apapun. Hal ini didukung oleh bukti bahwa dalam kisah nabi Adam dikatakan bahwa teknologi pertanian sudah ada, tepatnya di kisah Habil dan Qabil yang bertani. Maka kita harus lihat dulu sejarah pertanian itu sendiri.

Zaman di mana biji-bijian liar dikumpulkan lalu kemudian dimakan diperkirakan terjadi sekitar 105.000 tahun yang lalu (Mercader, 2009). Kemudian beberapa tanaman zaman Neolitik mulai dibudidayakan di Levant sekitar 9.500 SM (11.520 tahun yang lalu) (Zeder, 2011), dan domestikasi padi dan beras dilakukan di China sekitar 6.200 SM (8.220 tahun yang lalu) (Molina et al, 2011). Berdasarkan data di atas kita bisa katakan bahwa manusia purba maupun homo sapiens awal sudah lebih lama ada di bumi dibandingkan dengan Adam dan cucunya.

Pertanyaan kecil: Apakah Adam berevolusi dari besar jadi kecil?

Secara data tak ada penemuan begitu. Perubahan ukuran badan manusia tidak berubah secara signifikan sejak dulu, walaupun penelitian dari Cambridge University tahun 2011 mengatakan bahwa manusia menyusut ukurannya sejak 10.000 tahun yang lalu dikarenakan aktivitas pertanian (Bracconier, 2011) tapi itu tidak merujuk ke manusia super raksasa setinggi 30 m. Secara teori juga tidak mungkin bisa manusia sebesar itu, karena adanya Square Cube Law (kalian bisa cari tau lebih lanjut tentang penjelasannya). Intinya jika mau direalisasikan dengan data dan logika, kemungkinan ukuran Nabi Adam tidak sampai 30 m.

Bagaimana kita tau bahwa tengkorak mirip manusia zaman dulu itu adalah manusia? Mungkin saja kan itu cuma kera?

Untuk mengetahui tengkorak (fosil) dari spesimen yang terkubur adalah manusia atau bukan, kita bisa menentukannya lewat tes DNA, genetika, mitochondrial eve, homologi dan anatomi. Kemudian kita komparasikan mana yang sesuai.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: