Jangan Cuma Penertiban
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, KOTA JAMBI, JAMBI - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Jambi, meminta Aparat Penegak Hukum (APH) Provinsi Jambi membasmi PETI hingga tuntas. Termasuk siapa orang di belakangnya.
“Penegak hukum tidak boleh diam, harus ada tindakan dan basmi sampai ke akar-akarnya,” kata Abdullah, Direktur Walhi Jambi, Minggu (24/10).
Menurutnya, aktivitas ini tak cukup jika kepolisian hanya melakukan penertiban. Kata dia, setiap melakukan penertiban, bisa dikatakan tidak ada tersangka. Bahkan penambang emas juga tak di lokasi.
Baca Juga : Bupati Merangin Ada Cukong di Balik PETI
Sementara itu, jika penertiban selesai dilakukan, para penambang kembali melaksanakan aktivitasnya. Abdullah menyebutkan, selain penertiban, juga perlu dilakukan inventarisir siapa pelaku terkait. “Amankan salah satu pelaku atau penambang, kemudian bisa dikembangkan hingga ke mana mereka menjual emas,” tambahnya.
Aktivitas PETI tersebut dikerjakan dengan alat berat. Khusus tambang peti yang ada di darat, dia menduga, alat berat yang digunakan tersebut merupakan sumbangsih dari yang becking.
“Coba inventarisir dengan benar, karena mereka yang menambang emas ini juga menjual hasil yang didapat kepada penampung. Siapa orang di dalam ini bisa diamankan atau diberikan tindakan tegas,” jelasnya.
Tak hanya itu, kata Abdullah tentu ada penyuplai BBM atau minyak yang menjadi bahan dalam aktivitas PETI. “Pastinya mereka mencari anak buah untuk menghantarkan minyak ke lokasi,” sebutnya.
Walhi Jambi mencatat, secara global, aktivitas PETI ini terjadi di beberapa daerah, salah satunya di Kabupaten Batanghari, Kabupaten Merangin, Kabupaten Tebo, Kabupaten Bungo. “Kalau untuk spesifiknya kita belum ada pegang, karena kita juga masih menunggu dari pusat,” ungkapnya.
Abdullah mengungkapkan, penegak keadilan harus bertindak tegas. Pasalnya, aktivitas ini bisa merusak ekositem lingkungan. Kemudian juga hewan buas juga keluar dari sarang karena terganggu dengan aktivitas peti. Pasalnya, PETI juga kerap dilakukan di tengah kebun atau hutan.
“Hewan lari ke luar, kemudian mencari makan hingga ke desa dan berdampak atau membahayakan manusia,” tuturnya. Seperti kasus yang terjadi beberapa waktu lalu di Bangko, Kabupaten Merangi. Dua orang tewas akibat diterkam harimau. “Kalau mereka lapar ya begitu, keluar sampai ke perkampungan mencari makan apa yang mereka temui,” tandasnya. (slt/rib)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: