Indonesia Harus Belajar Dari Ekonomi Sri Lanka Yang Bangkrut Akibat Utang

Indonesia Harus Belajar Dari Ekonomi Sri Lanka Yang Bangkrut Akibat Utang

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID-Negara Indonesia harus belajar banyak dari kebangkrutan ekonomi yang terjadi di Sri Lanka dan Pakistan. Meskipun kondisi ini terjadi di negara lain yang berdasarkan letak geografis jauh dari Indonesia,namun Indonesia tetap harus waspada.

Disampaikan oleh Ekonomi Universitas Paramadina Wijayanto Samirin bahwa hal ini harus menjadi pelajaran penting bagi banyak negara, termasuk Indonesia.

"Kita tetap harus waspada karena saya menilai peristiwa yang terjadi dibelahan lain dunia itu bukan tidak mungkin terjadi di Indonesia, jika tidak ada antisipasi," ujarnya.

Bagaimanapun juga menurutnya, pengalaman bangsa lain harus menjadi perhatian bersama bagi negara Indonesia yang sangat dinamis perkembangannya. "Yang sebenarnya cukup fragile, tetapi juga lumayan strong," ucap Wijayanto.

Baca Juga: Arus Mudik Dimulai, 977 Orang dan 55 Bus Keluar dari Jambi

Baca Juga: Menkominfo Johnny Dorong Perempuan Berpartisipasi Tinggi di Sektor Kewirausahaan

Dikatakannya ada banyak faktor yang menyebabkan negara Sri Lanka tersebut mengalami kebangkrutan. Salah satunya tidak lepas dari kondisi Asia Selatan yang sangat unik.

Dirinya menjelaskan beberapa kondisi menjadi penyebab krisis tersebut. Contoh saja seperti  kawasan Sri Lanka dihuni oleh 25 persen penduduk bumi. Hal itu menyebabkan kehidupan politik menjadi sangat mendominasi.

"Kawasan Asia Selatan sarat konflik kepentingan internal dan persaingan politik antar negara-negara Pakistan, Bangladesh dan India sendiri yang pada 1947 merdeka," ucapnya.

Kawasan itu, lanjut Wijayanto, menjadi titik strategis dari negara-negara besar Rusia, Amerika Serikat (AS) dan China. Rusia berkepentingan mencari partner negara yang mempunyai akses ke laut hangat, dan AS mencari proxy Pakistan. Untuk mengimbangi pengaruh Rusia di Asia Selatan.

Baca Juga: Kasus Korupsi Dana Hibat KPU Tanjab Timur, Jaksa Kasasi Putusan Nurkholis-Mardiana

Baca Juga: Penyidik Segera Gelar Perkara Kasus Pemalsuan KTP Elektronik di Disdukcapil Kota Jambi

Pengaruhnya, lanjut dia di Pakistan ada perseterusan AS dan China, di Nepal ada persaingan India dan China. Di Srilanka pun ada perseteruan antara India dan China.

Eks Stafsus Wapres Bidang Ekonomi itu menyebut Asia Selatan juga merupakan kawasan supplier buruh migran ke seluruh dunia. Terbesar dari India dan Pakistan baru Bangladesh dan Srilanka.

Akibat demorkasi yang terdegradasi, muncul politisi dan pemerintahan yang lalai dan korup

Hasilnya, kerap muncul kebijakan yang buruk. Tidak untuk kepentingan rakyat tetpi untuk interest kelompok, investor politik, etnis. Kondisi Srilanka yang seperti itu, merupakan warning bagi Indonesia untuk sekadar mengingatkan jika ada hal-hal yang sama terjadi di Indonesia," beber Wijayanto.

Baca Juga: 3 Kendaraan Terlibat Kecelakan di Jalan Pattimura, Antar Pengendara Berakhir Berdamai

Baca Juga: Antipasi Krisis Global Dengan Diversifikasi Pangan

Wijayanto menambahkan karena buruknya kebijakan, maka akibatnya fiskal bangkrut dan masyarakat Srilanka sengsara.

Utamanya karena dia tidak mempunyai lagi cukup valas untuk membayar utang  luar negeri yang dulu dibayar antara lain dengan devisa remittance buruh migran dan investasi, turisme," tegas Wijayanto. (viz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: