Sejarah Film di Indonesia: Dari Era Diam hingga Perfilman Modern
Sejarah Film di Indonesia: Dari Era Diam hingga Perfilman Modern--Freepik.com
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Sejarah perfilman Indonesia memiliki perjalanan panjang yang dimulai sejak era penjajahan Belanda. Film pertama di Indonesia tercatat dirilis pada tahun 1926 dengan judul Loetoeng Kasaroeng, yang diadaptasi dari cerita rakyat Sunda.
Film ini merupakan produksi perdana di Hindia Belanda, disutradarai oleh G. Kruger dan L. Heuveldorp, serta tidak memiliki suara, sesuai dengan era film bisu kala itu.
Pada tahun 1930-an, industri film mulai berkembang dengan hadirnya film bersuara pertama, Karnadi Anemer Bangkong (1930). Tahun-tahun ini ditandai dengan dominasi produser keturunan Tionghoa yang memperkenalkan berbagai genre, termasuk drama dan musikal, ke masyarakat lokal.
Ketika masa pendudukan Jepang (1942-1945), produksi film diarahkan untuk propaganda. Namun, momen ini juga membangun landasan bagi pekerja film lokal untuk mengembangkan keterampilan mereka.
BACA JUGA:Bund, Pakai Trik Ini! 5 Cara Mengeringkan Baju Tanpa Bantuan Sinar Matahari
BACA JUGA:Diskon Tarif Listrik 50% untuk 81,4 Juta Pelanggan Mulai Januari 2025
Setelah kemerdekaan, perfilman Indonesia menemukan semangat baru, terutama dengan dirilisnya Darah dan Doa (1950) karya Usmar Ismail, yang dianggap sebagai film pertama Indonesia karena mencerminkan nilai budaya dan semangat bangsa.
Era 1970-an dan 1980-an adalah masa kejayaan perfilman nasional. Film seperti Pengabdi Setan dan Tjoet Nja’ Dhien berhasil menarik perhatian luas, baik lokal maupun internasional.
Namun, memasuki 1990-an, perfilman Indonesia mengalami kemunduran akibat dominasi televisi dan kurangnya regulasi terhadap film impor.
Bangkitnya perfilman Indonesia terjadi pada awal 2000-an dengan karya-karya seperti Ada Apa dengan Cinta? (2002) yang memulai era baru film populer.
BACA JUGA:Mengapa Mie Instan Bisa Bikin Ketagihan? Ini Alasannya!
Sejak saat itu, perfilman Indonesia terus berkembang, menghasilkan film-film berkualitas seperti Laskar Pelangi (2008), Pengabdi Setan (2017), dan Kucumbu Tubuh Indahku (2018).
Kini, dengan dukungan teknologi digital dan platform streaming, perfilman Indonesia semakin mendunia, menjadi wadah untuk mengeksplorasi cerita lokal yang relevan secara global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: