Mengungkap Strawberry Generation: Potensi Gemilang yang Rapuh di Tengah Tekanan

Mengungkap Strawberry Generation: Potensi Gemilang yang Rapuh di Tengah Tekanan

Mengungkap Strawberry Generation: Potensi Gemilang yang Rapuh di Tengah Tekanan--Freepik.com

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Belakangan ini, istilah "strawberry generation" atau "generasi stroberi" semakin populer di masyarakat, merujuk pada generasi muda masa kini yang menarik perhatian karena sifat mereka yang mirip dengan buah stroberi: menarik dan berpotensi, namun mudah rapuh saat menghadapi tantangan.

Guru Besar Universitas Indonesia, Rhenald Kasali, menyebut istilah ini muncul untuk menggambarkan karakteristik generasi muda yang tampak luar biasa, tetapi juga cenderung rapuh saat tertekan.

Strawberry generation menggambarkan anak-anak muda yang tampak cemerlang dan berpenampilan menarik tetapi mudah “lembek” dalam menghadapi tekanan, serupa dengan karakteristik buah stroberi.

"Strawberry kan buah yang bentuknya bagus tetapi lembek. Kalau disikat sedikit, bonyok; tapi buah itu bagus sekali," ujarnya dalam wawancara pada Senin 28 Oktober 2024.

Gambaran ini mencerminkan generasi muda yang dilengkapi berbagai fasilitas oleh orang tua—mulai dari pendidikan terbaik hingga kemudahan teknologi—namun sering kali kurang memiliki daya tahan mental yang kuat.

BACA JUGA:Maulana Ungkap Strategi Tangani Tawuran Pelajar dalam Debat Perdana Pilwako Jambi

BACA JUGA:Tak Terkalahkan! Barcelona Perkokoh Posisi Puncak Usai Hajar Espanyol 3-1 di Derby Katalunya

Istilah strawberry generation juga mencerminkan hasil pola asuh dari orang tua yang cenderung terlalu protektif, atau “strawberry parents,” yang ingin memberikan segala yang terbaik bagi anak-anak mereka.

Orang tua dari generasi ini umumnya memberikan kebebasan akses ke berbagai perangkat, termasuk gadget, untuk mempermudah kehidupan sehari-hari anak mereka.

Namun, dengan kurangnya tantangan yang harus dihadapi, banyak anak-anak ini tumbuh tanpa memahami konsekuensi dan memiliki kecenderungan menghindari situasi yang dianggap rumit atau tidak nyaman.

Generasi ini tampak unggul dalam hal kemampuan dan penampilan—mereka biasanya berpenampilan menarik, fasih berbahasa Inggris, dan memiliki keterampilan yang memungkinkan mereka menciptakan citra yang baik di media sosial. Meski demikian, mereka kerap mengalami kesulitan saat menghadapi masalah nyata.

"Mereka juga tidak memiliki permanent ownership, lebih mencintai diri sendiri, dan enggak mau ribet," pungkas Rhenald.

BACA JUGA:Napoli Dibantai Atalanta dengan Skor Telak 0-3 di Serie A! Begini Jalannya Laga

BACA JUGA:Atletico Madrid Menang 2-0 atas Las Palmas, Simeone dan Sorloth Jadi Pencetak Gol

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: