Mengapa 10 Muharram Disebut Lebaran Anak Yatim? Ini Penjelasannya
10 Muharram dikenal sebagai hari anak yatim -Foto : ilustrasi-Net
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Mengapa 10 Muharram disebut lebaran anak yatim? Ternyata ada dalil yang menjelaskan mengapa 10 Muharram disebut sebagai lebaran anak yatim.
10 Muharram sering disebut sebagai lebaran anak yatim. Bukan tanpa alasan, amalan ini dianjurkan oleh Nabi SAW karena keutamaan bulan Muharram itu sendiri.
Di Indonesia, menyantuni anak yatim pada 10 Muharram juga disebut sebagai bulannya anak yatim. Mengutip Majalah Aula Edisi Juli 2024, bersedekah kepada anak yatim pada bulan Muharram merupakan amalan yang mulia.
Sebagaimana diketahui, Muharram adalah bulan yang mulia. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits,
BACA JUGA:Sisi Gelap Penyalahgunaan Narkotika Terhadap Masa Depan Bangsa
BACA JUGA:Terekam CCTV, Tahanan Kabur Usai Sidang di Pengadilan Negeri Sarolangun
"Zaman berputar seperti hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu terdiri dari 12 bulan, di antaranya 4 bulan Haram, tiga bulan berurutan, Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Muharram. Adapun Rajab yang juga merupakan bulannya kaum Mudhr, berada di antara Jumadil Akhir dan Sya'ban." (HR Bukhari dan Muslim)
Dalil Menyantuni Anak Yatim pada 10 Muharram
Masih dari sumber yang sama, dalil terkait menyantuni anak yatim pada 10 Muharram tercantum dalam hadits Nabi Muhammad SAW, berikut bunyinya:
"Apakah kamu ingin hatimu lembut dan hajatmu terkabul? Sayangilah anak yatim, usaplah kepalanya, berilah ia makanan dari makananmu, maka hatimu akan lembut dan hajatmu akan terkabul." (HR Thabrani)
Selain bersedekah, terdapat keutamaan lainnya bagi muslim yang mengusap kepala anak yatim pada 10 Muharram dalam hadits Nabi SAW lainnya.
BACA JUGA:PLN UID S2JB Raih Penghargaan Outstanding Social Engagement dan Corporate Action di Ajang CNN Awards
BACA JUGA:Bunga Rendah KUR BRI 2024 untuk Pinjaman Rp 30 Juta, Cicilan Rp 500 Ribuan Perbulan
"Dan barangsiapa mengusap kepala anak yatim pada hari Asyura, niscaya Allah mengangkat derajatnya pada setiap rambut yang diusapnya." (kitab Tanbihul Ghafilin bi-Ahaditsi Sayyidil Anbiya-Iwal Mursalin karya Abullaits Assamarqandi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: