GELIAT UMKM PASCA PANDEMIK DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA (Part 1)

GELIAT UMKM PASCA PANDEMIK DAN  STRATEGI PENGEMBANGANNYA (Part 1)

Pj Rektor Unbari, Prof Herri--

Oleh:

Prof. Dr. Herri, S.E., M.B.A. ( Pj. Rektor Universitas Batanghari ) dan Anaseputri Jamira, M.M. ( Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Batanghari)

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Berdasarkan data dari Kementerian Investasi Republik Indonesia atau yang dikenal dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), saat ini Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau

yang biasa dikenal dengan UMKM berkontribusi memberikan sumbangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar 61,97% dari total PDB nasional atau setara dengan Rp

8.500 triliun pada tahun 2020. Sedangkan sisanya sebesar 38,9% disumbangkan oleh pelaku usaha besar yang hanya 5.550 atau sebesar (0,01%) dari jumlah pelaku usaha. BKPM juga menyebutkan bahwa terdapat 1 juta permohonan Nomor Induk Berusaha (NIB) yang masuk selama Pandemik tahun 2020 yang sebagian besar dari sektor mikro. UMKM juga disebut berkontribusi terhadap ekspor nasional sebesar 14,4%.

UMKM juga memiliki peran besar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Menurut Kementerian Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (KUKM) bahwa pada tahun 2018 jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta atau 99,99% dari jumlah pelaku usaha di Indonesia.

BACA JUGA:Bea Cukai Jambi dan BPOM Jambi Amankan Ribuan Butir Obat Parkinson Ilegal 

BACA JUGA:Selamat Tinggal Timbangan Dacin, Kemenkes Bakal Ganti dengan Antropometri di Posyandu

Ini memberikan sumbangan penyerapan tenaga kerja sebesar 117 juta jiwa atau 97,1% dari daya serap tenaga kerja dunia usaha. Lebih jauh dijelaskan UMKM tersebut didominasi oleh pelaku usaha mikro sebanyak 98,68% dengan daya serap sekitar 89% tenaga kerja.

Ketangguhan UMKM juga terbukti, di saat banyak perusahaan yang gulung tikar saat menghadapi Pandemik Covid-19, UMKM malah terus tumbuh dengan cepat dan mendominasi.

Alih-alih menunggu pascapandemik, pelaku usaha UMKM justru memanfaatkan momen tersebut untuk terus bergiat beroperasi dan berinovasi. Tidaklah mengherankan, jika mengingat UMKM menjadi pilihan dalam upaya Masyarakat untuk bangkit di saat banyaknya pemutusan kerja terjadi.

Ditambah lagi, UMKM memiliki ketergantungan yang rendah terhadap mata uang asing. Berbeda dengan perusahaan besar yang cukup bergantung pada dolar dan modal asing. Naik-turunnya nilai dolar tidak akan berpengaruh besar terhadap UMKM. Itulah mengapa keberadaan UMKM begitu tangguh meskipun di tengah ancaman krisis ekonomi dunia. Hal yang sama berlaku pada saat krisis di tahun 1998, UMKM menjadi penopang terbesar pemulihan ekonomi Indonesia.

BACA JUGA:Pemkab Bungo dan BPJS Ketenagakerjaan Tandatangani Nota Perjanjian Kerjasaman

BACA JUGA:Bentuk Kekebalan Tubuh, Ini 5 Alasan Pentingnya Memeluk Anak

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: