Psikolog: Istri Kadiv Propam Butuh Trauma Healing

 Psikolog: Istri Kadiv Propam Butuh Trauma Healing

Tewasnya Brigadir J penuh dengan misteri-@heraldindonesia-Instagram--

JAKARTA,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID- Buntut tewasnya Brigadir J, membuat kondisi istri Kadiv Propam penuh misteri. Dirinyapun membutuhkan trauma healing.
 
Hal ini disampaikan ahli psikologi Novita Tandry yang menyebutkan kondisi istri Kadiv Propam Polri, Irjen Ferdy Sambo membutuhkan trauma healing. 
 
Bahkan Novita menjelaskan kondisi istri Kadiv Propam yang tak bisa tidur nyenyak dan sulitnya berkonsentrasi.
 
“Pada saat bertemu dengan Ibu (istri Kadiv Propam), keadaannya sangat syok terguncang pastinya,m. Trauma, sulit tentunya dia bisa berkonsentrasi dan sejak kejadian sampai sekarang itu tidak bisa tidur pastinya,” tutur Novita
 
Novita menyarankan kepada publik untuk lebih bijak menyikapi kasus ini, terutama menyebarkan informasi agar tidak menambah beban psikologi korban yang mengalami syok berat.
 
 
 
“Harus lebih bijak karena saya juga perempuan. Kami seperti ini jadi harus menanggung secara psikologi, menanggung ini 'kan dibicarakan semua orang. Mungkin harus lebih bijak dalam pemberitaannya,” tutut Novita, Rabu 13 Juli 2022.
 
“Jadi masih lebih kepada ngobrol, menanyakan keadaan kabar beliau,” imbuh psikolog anak, remaja, dan keluarga itu.
 
Direktur Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie, mengatakan, bukan hanya sekadar CCTV, melainkan isi ponsel Brigadir J bisa jadi petunjuk untuk mengungkap kasus ini.
 
“Polisi pasti cermat melakuan langkah-langkah menelusuri semua bukti. Jadi, tidak hanya persoalan CCTV, isi ponsel sebagai alat komunikasi antara atasan dan bawahan bisa jadi petunjuk,” tutur Jerry Massie kepada Disway.id, Kamis 14 Juli 2022.
 
“Saya tidak mau menyebut rumor gelap yang belakangan itu adalah perselingkuhan. Garis bawahi ya.
 
"Yang bisa ditangkap dari kasus ini, adanya peristiwa Brigadir J masuk ke ruangan (kamar, red) privasi. Maka kedepankan AHC investigation,” jelas Jerry.
 
Soal AHC yang disinggung Jerry tadi, merupakan metode yang menggabungkan Accuracy, Honestly dan Credibility.
 
Kebenaran sebuah peristiwa tidak terlepas arah dan niat sunguh-sungguh dalam mengungkap peristiwa berdarah itu.
 
Ia mengatakan kasus ini perlu dilacak bukan hanya sebatas CCTV.
 
Sebab ada sejumlah kejanggalan. Bagi saya ini bisa dilacak kembali. Tentu tidak hanya sebatas CCTV yang menjadi kontroversi saat ini, akun, atau hp yang diretas juga pasti ada tujuan,” ungkap Jerry.
 
Jerry juga menyebut, ini merupakan babak utama. Isi ponsel dari Brigadir J yang kabarnya raib juga harus dicari.
 
“Kalau masih ada saksi lain di TKP tentu juga mempermudah pelacakan. Ingat lho semangat kita mengungkap kasus ini, bukan hal-hal gelap yang dibayangkan.
 
"Tapi apa sebenarnya yang terjadi. Karena dari rekaman pembicaraan, komunikasi, bisa ditelisik alur pengungkapan kasus tersebut, hingga munculnya insiden penembakan,” jelas Jerry.
 
Ia menuturkan polisi jangan terlalu terburu-buru menyimpulkan sebelum akurasi data dan barang bukti benar-benar cukup. 
 
“Ahli balistik, ahli forensik, ahli IT, ahli kriminal harus disatukan untuk mengungkap peristiwa penembakan itu.
 
"Sekali lagi semangatnya bukan mencari problem asmara atau hubungan gelap ya, tapi insiden kematian Brihadir J yang menyebut adanya kejanggalan, luka sayat, penggunaan senjata api dan luka lebam yang disampaikan pihak keluarga korban,” tuturnya.
 
Jerry juga mencontohkan kasus pembunuhan begal di NTB yang terjadi beberapa waktu lalu.
 
Sebagai contoh, Jerry menyebutkan kasus pembunuhan begal di NTB menjadi bisa menjadi tolak ukur untuk mengatasi kasus ini.
 
Ia juga berharap, Tim Khusus besutan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dapat mengungkap kasus ini lebih dalam.
 
 
 
“Wakapolres langsung menetapkan tersangka sang pembunuh begal padahal, dia dalam kapasitas membela diri.
 
"Dalam kasus tewasnya Brigadir J, kalau saya lihat dari banyak pemberitaan, ini baru satu pihak. Sekali lagi kita harapkan tim pencari fakta bisa mengungkap lebih dalam kasus yang mencuat,” tukas Jerry 
 
Sebelumnya Kapolres Metro Jakarta Selatan telah membantah soal isu hubungan spesial Brigadir J dan istri Kadiv Propam.
 
"Itu agak sensitif kalau menyampaikan ini, tentunya itu masuk ke dalam materi penyidikan yang tidak bisa diungkap ke publik. Tidak ada alat bukti ataupun bukti yang mendukung (perselingkuhan).
 
"Kami tidak mau berasumsi hanya berdasar fakta yang kami temukan di TKP,” kata Kombes Pol Budhi kepada wartawan, Selasa 12 Juli 2022.
 
Seperti diketahui, Kapolres Metro Jakarta Selatan, Kombes Pol Budhi Herdi Susianto menyebut, istri Kadiv Propam adalah korban pelecehan dan penodongan senjata yang dilakukan Brigadir J.
 
"Dilakukan pendalaman, didapatkan hasil bahwa Brigadir J masuk ke kamar pribadi, yang saat itu ada Ibu Kadiv Propam," ujar Budhi, Selasa 12 Juli 2022.
 
Katanya, berawal dari peristiwa itulah terjadinya aksi polisi tembak polisi yang melibatkan Brigadir J dengan Bharada E.
 
Brigadir J dijelaskan oleh Kapolres, merupakan ajudan pribadi istri Kadiv Propam dan Bharada E adalah ajudan sang Jenderal Ferdy Sambo.
 
Namun demikian, peristiwa ini tak lepas dari pro dan kontra karena ada kejanggalan.
 
Khususnya terkait kondisi jasad Brigadir J yang dikabarkan Indonesia Police Watch sebelumnya, terdapat sejumlah luka sayatan dan lebam.
 
Menurut keterangan Karo Penmas Kadiv Humas Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan, sayatan tersebut akibat proyektil yang ditembakan oleh Bharada E.
 
Iya (ada sayatan), sayatan itu akibat amunisi atau proyektil-proyektil (Rikoset) yang ditembakkan Bharada E. Proyektil yang ditembakkan itu, berjalan mengenai tubuh Brigadir J,” ungkap Ramadhan.
 
Ayah Brigadir J, Samuel Hutabarat, telah meminta kepolisian untuk mengungkap kasus polisi tembak polisi di rumah dinas Kadiv Propam harus diungkap secara transparan.
 
Ia merasakan ada keanehan dengan peristiwa baku tembak yang menewaskan anaknya, Brigadir J.
 
 
 
Salah satunya ia menyebut akun media sosial milik anak dan istrinya diretas, sehingga tak bisa diakses.
 
“WhatsApp dan Facebook anak dan isteri saya diretas. Kalau saya baru siang ini. Kami tidak bisa lagi mengaksesnya,” ungkap Samuel, Selasa 12 Juli 2022.
 
Samuel Hutabarat juga meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dengan membentuk Tim Pencari Fakta (TPF), dan Tim Khusus pun sudah dibentuk dan penyelidikan tengah berjalan saat ini.
 
Pihak keluarga Samuel hanya membutuhkan bukti kuat jika memang Brigadir J bersalah.
 
“Kami butuh penjelasan, kalau memang anak kami salah, ya, berikan buktinya,” kata Samuel di rumah duka, Desa Suka Makmur, Kecamatan Sungai Bahar, Muaro, Jambi.
 
Dia mengatakan, kematian anaknya membuat keluarganya sangat terkejut.
 
Karena keluarga masih berhubungan dengan Brigadir J, sekurang-kurangnya 10 jam, sebelum peristiwa baku tembak di rumah Dinas Kadiv Propam.
 
Samuel memohon kepada Kapolri, untuk memberikan keadilan dengan membuka rekaman CCTV dan mengembalikan handphone anaknya yang hilang. (viz)
 
 
Artikel ini sudah tayang di disway.id
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: