REI : Pembangunan Rumah MBR Alami Perlambatan

REI : Pembangunan Rumah MBR Alami Perlambatan

REI sebut pembangunan Rumah MBR mengalami perlembatan akibat covid 19. Foto : ist--

JAKARTA,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID-Selama dua tahun ini,  pembangunan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) mengalami keterlambatan.
 
 Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia (REI) menyebut bahwa hal ini dikarenakan Pandemi Covid 19 yang sudah berlangsung selama dua tahun terakhir.
 
Ketua Umum REI Paulus Totok Lusida mengatakan pada awal 2022, REI menargetkan rumah MBR dan nonMBR yang terbangun adalah 200 ribu rumah sehingga totalnya menjadi 400 ribu.
 
Padahal sebelum pandemi Covid-19, ditargetkan pembangunan rumah MBR sebanyak 550-600 ribu unit.
 
 
 
"Kendala perumahan MBR selama ini adanya bankable (bagi MBR) dan BTN (Bank Tabungan Negara) sudah punya terobosan, termasuk BTN Syariah, sehingga Bapak Wapres menyampaikan harus ada kesiapan matang dahulu sebelum melanjutkan penggabungan ke BSI (Bank Syariah Indonesia) atau ke bank lain," ujar Totok.
 
 Totok Lusida mengatakan sebelum pandemi pembangunan rumah MBR sudah mencapai angka 300 ribu unit.
 
"Tetapi karena ada pandemi, kami memang turunkan target, dan sampai dengan yang tahun ini kami sudah mencapai 150 ribu (rumah), jadi target 200 ribu (rumah) dalam 1-2 bulan ini akan terselesaikan," kata Totok dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Kamis 26 Mei 2022.
 
Totok berharap ada penambahan target sejuta rumah dari pemerintah, khususnya untuk segmen MBR.
 
"Di luar itu kami juga memiliki program baru yaitu rent to own bagi para pekerja supaya mendekati lokasi perumahannya dengan industri atau kantornya sehingga karyawan atau buruh yang ada lebih efektif dan efisien," ungkap Totok.
 
Kemudian, untuk pengadaan apartemen, REI membuat program rent to own.
 
"Program ini bukan karena kejenuhan market tetapi kemampuan masyarakat untuk memiliki apartemen. Karena nilai bangunannya cukup mahal maka dengan rent to own atau penyewa maka bisa mengisi apartemen-apartemen yang sekarang masih ada kekosongan," ungkap Totok.
 
 
 
Menurut Totok, terobosan itu sudah disepakati bersama oleh Kementerian PUPR dan Bank BTN.
 
"Menurut Pak Basuki (Hadimuljono) hal ini sudah sejalan dengan Bapak Presiden untuk pengadaan perumahan dengan metode rent to own ini," tambah Totok.
 
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susesnas) Tahun 2020 angka backlog (rumah pasok) kepemilikan perumahan mencapai 12,75 juta, belum termasuk pertumbuhan keluarga baru yang diperkirakan sekitar 700-800 ribu per tahun.
 
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menargetkan pembangunan lima juta unit rumah dalam waktu lima tahun yaitu periode 2020-2024.
 
Pemerintah akan terus meningkatkan jumlah rumah tangga yang dapat menghuni rumah layak dari 56,75 persen menjadi 70 persen pada 2020-2024 seperti yang dikutip dari jpnn.com.
 
Tahun ini Kementerian PUPR menyediakan beberapa program bantuan pembiayaan perumahan. Seperti program Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebesar Rp 23 triliun untuk 200 ribu unit rumah. Mengadakan Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) sebesar Rp 888,46 miliar untuk 22.586 unit rumah, serta memfasilitasi pembiayaan perumahan melalui BP Tapera sebesar Rp 9,81 triliun untuk 109 ribu unit rumah. (viz)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: