Kotmimen Cegah Karhutla di Provinsi Jambi

Kotmimen Cegah Karhutla di Provinsi Jambi

JAMBI-INDEPENDNET.CO.ID, JAMBI - Stakeholder terkait seperti Polda Jambi, Korem 042/Gapu, BMKG,  kelompok tani, akademisi ikut dalam webinar bersama stakeholder pada Senin (5/7), dari pukul 09.00 hingga 12.00.

Kegiatan ini sebagai bentuk komitmen bersama dalam pencegahan karhutla di Provinsi Jambi pada masa pandemi Covid-19 tahun 2021.

Direktur Jendral Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Laksmi Dhewanti, selaku keynote speaker dalam webinar tersebut.

Narasumber yang hadir, Kepala BMKG Provinsi Jambi, Ibnu Sulistyono. Danrem 042/ Gapu, Brigjen TNI M Zulkifli, diwakili Kasi Teritoria Korem 042/Gapu, Kolonel Arh M Ibnu Sukelan.

Kapolda Jambi Irjen Pol Albertus Rachmad Wibowo, diwakili Dirreskrimsus Polda Jambi, Kombes Pol Sigit Dani Sutiyono. Ada juga akademisi Universitas Jambi, Bambang Irawan. Serta Supari, Kelompok Tani Mekar Jaya.

Komitmen pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) membutuhkan keterlibatan banyak pihak, mulai dari pemerintah hingga perusahaan pemegang izin konsesi dan perkebunan, serta masyarakat Desa.

Salah satu contoh keberhasilan sinergis ini tampak di Desa Dataran Kempas, Kecamatan Tebing Tinggi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Perusahaan pemegang izin konsesi bekerja sama dengan masyarakat memanfaatkan bahan dari limbah, seperti kotoran ternak hingga pelepah sawit yang terbukti mampu mengurangi jumlah karhutla di wilayah tersebut.

Supari, Kelompok Tani Mekar Jaya di Desa Dataran kempas bercerita bahwa sejak 2016, bermula dengan pelatihan dan bantuan dari PT Wirakarya Sakti (WKS), unit usaha APP Sinar Mas mereka berhasil memproduksi kompos sebanyak 300 ton, mereka mulai memproduksi kompos. Kompos tersebut kemudian disalurkan ke perusahaan perkebunan disekitar wilayah mereka.  Memanfaatkan, kelompok tani di Desa Dataran Kempas ikut berkontribusi ke desa.

"Saat ini produksi kompos dari desa kami sebanyak 2.000 ton per bulan," kata Supari.

Kompos dipasarkan ke perusahaan dan petani di sekitar desa, hingga mencapai omzet sekitar Rp1,9 miliar per bulan.Tidak hanya itu, Pembuatan kompos ini menyerap tenaga kerja dari masyarakat desa sekitar  220 orang dari 7 kelompok tani.

Pemaparan dari Supari soal produksi kompos diapresiasi dokter Bambang Irawan. Ia menganggap apa yang dilakukan Supari ini sangat bagus sekali.

Sementara, Akademisi Universitas Jambi, Bambang Irawan dalam paparan juga menjelaskan peningkatan taraf hidup masyarakat pedesaan serta pemberdayaan masyarakat disekitar lokasi menjadi kunci penurunan angka karhutla di Jambi, meski diakuinya proses tersebut tidak bisa berlangsung instan.

"Perlu juga penguatan kelembagaan peduli karhutla dan patroli bersama, sehingga kebakaran hutan dan lahan dapat dicegah," jelasnya.

Kepala Stasiun BMKG Sultan Thaha Jambi, Ibnu Sulistiyono menjelaskan, meski Indonesia terutama Jambi berada dalam kondisi netral La Nina sama dengan tahun lalu namun Jambi musti waspada di akhir musim kemarau di bulan Agustus dan September di mana kekeringan mungkin menyebabkan tingginya karhutla.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: