Pilwako Jambi 2024, Jebakan Populeritas dan Elektabilitas Bubble

Pilwako Jambi 2024, Jebakan Populeritas dan Elektabilitas Bubble

Pertama, Belum ada calon lain sebagai pesaing yang pasti, kalaupun ada mereka yang di identifikasi sebagai pesaing belum melakukan apa - apa (selain memasang bilboard) untuk meningkatkan Populeritas dan elektabikitasnya.

Dalam kondisi ini dapat dimaklumi jika di survei Maulana menilmati sendiri kue elektabilitas tersebut secara mutlak. Toh memang calon lain belum bergerak sebagaimana sang Wawako bergerak.

Hari ini cukup banyak nama yang beredar untuk mengantikan Sy Fasha sebagai wali kota Jambi. Biar jangan luput, kita absen saja nama-nama yang populer terlepas dari patron politik apapun.

Pertama, tentu saja Wakil Wali Kota petahana, Dr. dr. Maulana, MKM, beliau dikenal sebagai sosok yang dekat dan terbuka dengan siapa saja. 

Ibarat durian, Ia cukup harum, berbobot dalam banyak hal. Meski masih perlu pembuktian, dokter Maulana harus diakui memiliki berat dan ukuran yang besar untuk diperhitungkan. Apalagi kedekatan dan keharmonisan beliau dengan sang Wali Kota Fasha merupakan nilai lebih Maulana hari ini.

Pilwako nanti sikap politik Fasha akan berpengaruh. Terlepas dari perbedaa persepsi akan gaya komunikasinya sebagai wali kota, namun kesimpulan umum Fasha dinilai cukup sukses memimpin Kota Jambi. Meski ada penilaian minor, tapi masih sebatas masalah personal jauh dari masalah kinerja. Artinya, Walikota saat ini di mata masyarakat tetap menjadi bintang yang menjadi rujukan. Kemana dukungannya akan memberi nilai yang positif yang kuat.

Lalu, ada juga nama anggota DPD RI Sum Indra. Dalam skala yang terbatas, mantan Wawako Jambi ini sebenarnya telah mulai bergerak, setidaknya ada beberapa bilboard dan baleho yang Ia sebar sebagai treatment populeritasnya di masyarakat. 

Sum Indra sendiri merupakan bagian tersisa dari trah politik "Keluarga Nurdin" yang begitu kuat setengah dekade lalu. Tapi dengan dukungan yang masih terpelihara di kota, Sum Indra merupakan figur yang cukup besar dan harum bagi pemilih.

Selain dua nama ini, ada nama Rocky Candra, seorang politisi milenial yang cukup punya nama. Saat ini, Ia merupakan Wakil Ketua DPRD Provinsi dari Partai Gerindra. Namanya populer di kalangan masyarakat. Jika boleh diumpamakan, Rocky jenis durian yang fresh karena baru jatuh dari dahannya.

Selain Rocky, ada juga nama Samiun Siregar yang begitu menghentak dengan bilboard tersebar di penjuru kota. Cerita Samiun menjadi meyakinkan akan kesuksesannya menjadikan empat orang putra-putrinya sebagai anggota DPRD Kota Jambi. 

Artinya, secara "permainan" Samiun Siregar sangat menguasai bagaimana itu sebuah election. Terlepas Pilkada dan Pemilu dinamikanya beda, namun tetap ada persamaan yang membuat kita percaya, Samiun Siregar punya kemampuan mengeliat dalam Pilwako nanti.

Lalu ada juga nama orang dekat GubernurJambi hari ini, Hasan Mabruri, seorang tokoh muda Jambi yang memiliki talenta sosial dan jaringan yang kuat. Ia memiliki back up politik yang besar hari ini. Bohok, biasa ia disapa, anak muda NU yang bersinar saat ini, menjadi Ketua Harian DPD PAN Kota Jambi, namanya cukup diperhitungkan.

Jika ingin dirunut lagi, banyak nama lain yang punya nama untuk maju di Pilwako. Baik yang memang telah ditokohkan atau juga baru sekedar menokohkan. Dari banyak nama ini bisa kita mulai dari Abdullah Sani sang Wagub, Kemas Faried Al Farely, M. Nasir, Yunsak El Hacon, Joni Ismed, Fatri Suandri, Asad Isma, Yuliana Fasha, M Zayadi, H. Suparyono dan nama-nama lain yang mungkin belum terpikirkan oleh orang saat ini.  

Ke dua, Status Sebagai bagian Petahana hari ini ibarat pisau bermata dua bagi Maulana, karena, hampir tak bisa dipastikan apakah elektabilitas yang terbangun bisa digunakan Maulana sampai hari pemilihan, karena pengalaman empiris membuktikan, tuah keberhasilan hanya milik sang kepala daerah, tidak menular kepada sang Wakil. Artinya boleh saja, hari ini ada panggung, jaringan dan otoritas yang dimiliki, tapi belum tentu bisa di konversi menjadi elektabilitas.

Kini nampaknya voters behavior di Jambi mengalami pergeseran. Hal ini terlihat dari indikasi stagnasi elektabilitas dan angka golput serta pemilih yang cenderung meningkat. Sebuah Gelembung Sabun yang harus dijawab dengan strategi, bukan hanya rasa percaya diri yang berlebih. Salam. ******Penulis adalah Peneliti Politik LKPR dan Dosen Ilmu Politik UIN STS Jambi*****

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: