Pengangguran di Kalangan Sarjana
Dr Noviardi Ferzi-ist/jambi-independent.co.id-
Beberapa perguruan tinggi telah berusaha untuk mengatasi masalah ini dengan berbagai cara, seperti merekrut pengajar dari kalangan praktisi, memperkenalkan program vokasi, hingga menyediakan kesempatan magang bagi para mahasiswa.
Namun, tantangan ini belum sepenuhnya teratasi, karena banyak lulusan yang masih mengalami kesulitan untuk bersaing di pasar kerja.
Studi yang dirilis oleh McKinsey, UNESCO, dan ILO pada tahun 2008, bahwa terdapat jurang yang cukup signifikan antara pendidikan tinggi dan kebutuhan dunia kerja di Indonesia.
BACA JUGA:Baca Nih! Ini Jadwal Penghentian Operasional Angkutan Batu Bara Jalur Darat
Studi tersebut menemukan bahwa lulusan perguruan tinggi di Indonesia belum sepenuhnya memenuhi harapan atau tuntutan pasar tenaga kerja saat ini.
Salah satu indikatornya adalah tingginya tingkat pengangguran di kalangan pemuda berpendidikan tinggi. Ini menjadi salah satu alasan mengapa banyak lulusan sarjana masih kesulitan menemukan pekerjaan yang sesuai.
Beberapa penyebab tingginya angka pengangguran di kalangan sarjana antara lain, terbatasnya lapangan pekerjaan yang tersedia. Selain itu masalah ketidaksesuaian antara keterampilan lulusan dan kebutuhan pekerjaan. Termasuk masalah kurangnya inisiatif untuk memulai usaha sendiri.
Masalah pengangguran di kalangan lulusan sarjana juga diperparah oleh perubahan struktural dalam ketenagakerjaan. Tidak hanya faktor demografi, tetapi juga adanya peningkatan efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja berkat kemajuan teknologi, serta fragmentasi pasar tenaga kerja secara global.
BACA JUGA:Polri Jangan Terlibat Kegiatan Ilegal! Kapolda Jambi: Jangan Jadi Preman Berseragam
BACA JUGA:Beda Hasil! Ketua TPP Bacalon Ketum KONI Provinsi Jambi Sebut Ada 2 yang Lolos Verifikasi Berkas
Selain itu, pasar kerja global yang terus berkembang dengan munculnya berbagai jenis pekerjaan baru akibat inovasi sains dan teknologi serta perkembangan arificial Inteligence (AI), serta peningkatan kreativitas, semakin menambah tantangan bagi lulusan untuk dapat beradaptasi dengan cepat.
Semua faktor ini menjelaskan mengapa banyak sarjana Indonesia yang menganggur dan sulit mendapatkan pekerjaan yang sesuai.
Era globalisasi harus diakui telah membuat mobilitas tenaga kerja antarnegara, membuat persaingan semakin ketat. Tenaga kerja asing yang lebih siap dan berkualitas dengan mudah dapat memasuki pasar kerja di Indonesia, memenuhi posisi yang membutuhkan keahlian tinggi.
Hal ini menambah tekanan bagi lulusan lokal, yang sering kali kalah bersaing baik dari segi kompetensi, profesionalisme, maupun kualitas. Tantangan ini adalah bagian dari dinamika pasar tenaga kerja di era global, di mana kebutuhan tenaga kerja lebih cenderung disesuaikan dengan standar internasional.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



