Tak Boleh Ditiup, Mematikan Hio dengan Cara Dikibas

Sabtu 08-01-2022,09:41 WIB

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, KOTA JAMBI, JAMBI - Jika kita berkunjung ke Klenteng dan melihat masyarakat sedang beribadah, pasti tidak asing dengan yang namanya Hioswa atau yang dikenal dengan Hio. Hio sendiri merupakan alat pelengkap dalam ibadah-ibadah Umat Tionghoa yang ada.

Seperti di Klenteng Ong Sing Kong yang berada di Cempaka Putih, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, dimana warga sedang beribadah menggunakan Hio. Hio sendiri, terbuat dari campuran serbuk kayu Gaharu, lem khusus, pewarna, dan air. Bahan-bahan ini kemudian dicampur, dan ditempelkan pada batang kayu yang kecil.

"Kalau gambar Hionya warna merah polos atau ada juga yang motifnya gambar naga, memang wajib digunakan saat kami sedang sembahyang, untuk ukuran rata-rata yang kecil digunakan untuk sembahyang biasa, namun ada juga yang besar untuk perayaan," kata Ajek, salah satu pengunjung Klenteng, Jumat (7/1).

Ajek menambahkan, batang-batang Hio ini ditancapkan ke dalam wadah berwarna emas di depan altar Dewa dan kemudian dibakar. Menurut kepercayaan, jika asap-asap dari Hio ini bergerak ke atas maka kemungkinan doa akan terkabul. Namun, jika asap-asap Hionya menyebar ke bawah, maka bisa saja doa yang diminta tidak terkabul.

"Menyalakan Hio ini juga ada aturannya, tidak boleh sembarang, saat Hio dibakar, api itu tidak boleh ditiup, untuk mematikannya cukup dengan dikibas-kibaskan, biasanya dihidupkan dengan minyak yang ada di Klenteng," pungkasnya.

Ukuran Hio ini sendiri ada bermacam-macam, yang kecil digunakan untuk sembahyang di hari biasa, namun ada juga juga yang berukuran cukup besar hingga mencapai 50 cm yang biasanya digunakan untuk hari perayaan. (dra)

Tags :
Kategori :

Terkait