Menara 9, Brand Image Bank Jambi

Rabu 19-01-2022,11:25 WIB

Oleh : Dr. Noviardi Ferzi

Pasca Gedung Hotel Novita di renovasi tak banyak gedung tinggi yang terkategori pencakar langit di Jambi. Kalaupun ada jumlahnya masih bisa di hitung dengan lima jari, itupun di dominasi bangunan hotel.

Maka ketika Bank Jambi berhasil membangun Mahligai 9, gedung berkonsep Office Tower dengan 12 lantai saya merasa gembira bahkan berbesar hati. Gedung yang baru dibangun itu merupakan gedung perkantoran tertinggi di Provinsi Jambi.  

Senang karena kini di kawasan Telanaipura berdiri sebuah gedung tinggi dengan gambar dan tulisan Mahligai 9, megah dan mewah. Rasa bangga itu bertambah ketika tahu gedung itu milik Bank 9 Jambi, Bank daerah kebanggaan kita.

Merupakan hal yang lazim dari sekian pujian ada pula kritikan akan hal ini, namun rasa bangga saya tak mau terusik akan kritikan yang terdengar. Bukan karena apa - apa, karena sebagai pengajar yang mendalami ilmu marketing saya cukup memahami bahwa di samping manajemen yang bagus, bank harus mampu mempertahankan kondisi keuangannya dan juga bisa menunjukkan bonafiditas dengan menampilkan aset yang memukau. Dengan kata lain, bonafid atau tidak suatu bank bisa dilihat dari tampilan aset yang bagus dan representatif. Hal inilah yang nampaknya dilakukan manajemen Bank Jambi. 

Gedung baru ini tentu bertujuan mengakomodir kebutuhan operasional Bank dan agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada nasabah, namun di samping itu juga untuk membangun brand image Bank Jambi yang baru. Manajemen membangun kantor Respresentatif guna menjaga wibawa Bank Jambi sebagai lembaga keuangan milik pemerintah daerah yang dikelola secara profesional dan mandiri. 

Brand yang ingin dibentuk, secara umum dapat diartikan sebagai identitas diri yang membedakan antar sesama baik manusia, produk, maupun tempat. Sedangkan Brand Image sendiri memiliki arti sebagai sebuah upaya pengelolaan suatu merek agar mendapat kesan mendalam dan positif dimata konsumen.

Pemilihan lokasinya yang premium di pusat pemerintahan di Telanaipura tepatnya simpang BI menjadi pertimbangan utama. Selain untuk memudahkan akses para nasabah, dengan menempati Gedung semegah itu Bank Jambi akan tampak bonafid dan tentu hal itu bisa menaikkan tingkat kepercayaan masyarakat.

Saya menduga, bukan tanpa sebab mengapa direksi mengambil langkah seberani itu. Tentu mereka ingin Bank Jambi tak kalah hebat dengan bank-bank nasional seperti Bank Mandiri, BCA, BNI, dan lain-lain yang semuanya punya bangunan megah (tower). Selain itu, dengan jumlah lantai dan ruang-ruang yang banyak, ke depannya Bank Jambi bakal mendapat income cukup besar dari lantai dan bangunan yang disewakan kepada pihak luar.

Menjawab tantangan kinerja

Kinerja suatu bank dipengaruhi oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal berkaitan dengan kompetensi dan integritas Komisaris, Direkai, dan karyawan bank. Sedangkan faktor eksternal meliputi persaingan bisnis, perkembangan perekonomian, situasi politik, hukum, dan keamanan.

Dalam hal kinerja Bank Jambi membukukan laba setelah pajak sebesar Rp 275,813 miliar, selama 2020 tumbuh 7,95 persen (yoy), terlepas dari penurunan ekonomi yang sedang berlangsung karena pandemi Covid-19 dan pembatasan-pembatasan terkait pandemi. Meskipun aset terdepresiasi sebesar 2,79 persen, namun penyaluran kredit tetap tumbuh sebesar 8,56 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 7,675 triliun dengan komposisi produktif 14,92 persen terhadap total kredit.

Sementara dari sisi dana pihak ketiga tumbuh 21,75 persen (yoy) menjadi sebesar Rp 9,385 triliun, cukup signifikan di tengah pandemi ini sehingga mampu menjaga LDR pada level 90,51 persen. Rasio BOPO menguat pada level 69,83 persen sebagai wujud keberhasilan program efisiensi biaya, sementara NPL terdepresiai tipis 0,01 persen (yoy) cenderung stabil dari tahun sebelumnya sebesar 0,79 persen.

Sementara itu indikator kinerja Bank Jambi cukup cemerlang untuk posisi semester 1 2021 ditandai dengan perolehan laba setelah pajak year on year (yoy) tumbuh 25,39 persen atau sebesar Rp. 168 miliar atau melebihi32 persen dari target laba Juni Rencana Bisnis 2021.

Dari sisi asset terapresiasi sebesar 18,48 persen (yoy) di samping penyaluran kredit dan pembiayaan yang tumbuh masing-masing sebesar 8,93 persen dan 6,79% (yoy) menjadi sebesar Rp. 7,882 triliun dan Rp823 Milyar dengan komposisi produktif 14,82 persen terhadap total kredit, namun secara year to date (ytd) masih mengalami sedikit perlambatan dan hanya mencapai 2,7 persen dari posisi akhir Desember 2020.

Tags :
Kategori :

Terkait