Sedih, Atlet Jambi Berjibaku di PON XX Papua Tanpa Tim Medis

Jumat 08-10-2021,08:32 WIB

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID, KOTA JAMBI, JAMBI – Perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua, terus menimbulkan keluhan. Khususnya dari atlet Jambi. Selain fasilitas penginapan yang pernah dikitirk, mereka merasa kurang mendapat perhatian di bidang kesehatan.

Informasi yang didapat, kontingen Jambi tak ada tim medis dan massage olahraga. Sehingga jika ada atlet yang cidera, mereka melakukan fisioterapis sendiri. “Jambi idak ado pakai medis,” keluh Kopli, official cabor sepatu roda Jambi, yang membawa atlet di PON XX Papua, Kamis (7/10).

Kata dia, seharusnya kontingen yang menuju event olahraga besar itu harus komplit. Baik tim medisnya, kemudian fisioterapisnya. Apalagi, ketika dalam pertandingan para atlet melakukan full sprint, secara otomatis kondisi fisik dapat terganggu. “Jadi kalau tak bisa jaga kesehatan sendiri, istirahat yang kurang, maka akan mempengaruhi saat pertandingan,” tambahnya.

Hal itu juga dibenarkan oleh Sekda Provinsi Jambi, Sudirman, usai pulang dari Papua meninjau para atlet. Dia mengakui, rombongan kontingen Jambi di Papua tidak membawa tim medis dan fisioterapis.

Kata dia, ini disebabkan karena tidak ada alokasi anggaran untuk tim medis dan fisioterapis, untuk penanganan para atlet yang cidera. “Memang ini sebelumnya tidak dianggarkan untuk tim medis dan fisioterapisnya. Yang berangkat kemarin itu hanya atlet, pelatih, official, robongan KONI, dan harusnya ada tim medisnya,” kata dia.

Kemudian, lokasi penginapan atlet juga menjadi problem. Pasalnya untuk lokasi pertandingan antar cabang olahraga, berjarak berjauhan. Sehingga harus menggunakan pesawat. “Tidak mungkin juga kita membawa hanya beberapa tim medis saja,” tambahnya.

Kata Sudirman, untuk normalnya, masing-masing daerah venue pelaksanaan pertandingan cabor, harus disediakan lima dokter dan lima fisioterapis. Misalnya, lokasinya ada lima kabupaten kota, jadi masing-masing tempat lomba tersebut harus ada lima dokter dan lima fisioterapis.

“Bersyukurnya dari pihak pantia PON XX Papua sendiri juga menyediakan tim medis dan fisioterapis di lokasi. Sehingga jika ada atlet Jambi yang cidera, tetap ada penanganan medis dari panitia,” sebutnya.

Ini menjadi catatan penting bagi Pemprov Jambi, khususnya Dinas Kepemudaan dan Olahraga Provinsi Jambi. “Ke depan, Dispora harus langsung dikomunikasikan, mana saja atlet yang alami cidera. Agar segera ditangani,” ungkapnya.

Kasus ini juga menjadi sorotan bagi anggota DPRD Provinsi Jambi, salah satunya Raden Fauzi anggota fraksi PKS DPRD Provinsi Jambi. Dia juga menerima keluhan dari atlet Jambi yang berada di Papua kepada Pemprov Jambi.

Dia juga menerima laporan dari atlet dayung yang sedang mengalami cidera saat bertanding, namun tidak ada terapis untuk penanganan cidera lebih lanjut. “Harusnya ada tenaga kesehatan khusus untuk para atlet yang diikutsertakan,” kata dia.

Dirinya pun mempertanyakan bagaimana bisa tim medis tidak disertakan untuk berangkat ke Papua untuk PON XX. Dia juga merasa heran, event sebesar pemerintah tidak menyediakan tim medis untuk para atletnya.

“Jangan sampai kita mengirimkan banyak atlet untuk berjibaku, namun lupa untuk memperhatikan dari sisi kesehatan mereka. Ini jelas salah. Kalau sampai tidak dianggarkan ini tentu bermasalah,” sebutnya.

Meski demikian, para atlet di PON XX Papua terus bersemangat dan kerja keras, kali ini Mutiara Rahma Putri memperoleh medali perak dalam laga final cabor dayung nomor rowing single sculls kelas ringan putri jarak 2000 meter di teluk Youtefa, Kota Jayapura, Papua.

Mutiara bersaing dengan lima daerah yakni Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jambi, Maluku, Sumatera Selatan, dan DKI Jakarta. Semula Mutiara memimpin jalannya pertandingan, dengan posisi di belakang diikuti oleh pedayung Chelsea Corputty dari Maluku, dan posisi ketiga pedayung Anggi Widiarti dari Jawa Barat.

Tags :
Kategori :

Terkait