- West-Central Java
- East Java, masing-masing dengan potensi sekitar (8,7 M) akibat tekanan dari lempeng Indo-Australia.
- Sumba (8,5 M)
- North Sulawesi (8,5 M)
- Philippine (8,2 M)
- Papua yang dapat memicu gempa hingga (8,7 M). BMKG menegaskan bahwa hingga kini belum ada teknologi yang mampu memprediksi kapan gempa terjadi. Karena itu, masyarakat diminta tetap waspada tanpa perlu panik berlebihan.
Megathrust sendiri merupakan zona subduksi dangkal, biasanya pada kedalaman kurang dari 50 km. Proses tumbukan antara lempeng samudera dan lempeng benua menyebabkan penumpukan energi besar yang jika dilepas menghasilkan gempa dahsyat yang berpotensi memicu tsunami.
BACA JUGA:Bobol Rumah Orang, Warga Solok Sipin Ditangkap Polisi
Jika gempa megathrust terjadi, beberapa dampak besar bisa muncul, seperti tsunami yang merusak wilayah pesisir, keruntuhan infrastruktur, korban jiwa, tanah longsor, perubahan bentuk permukaan bumi, gangguan layanan dasar, hingga krisis kemanusiaan dan kerugian ekonomi.
Dengan keberadaan 13 titik megathrust ini, BMKG kembali menegaskan pentingnya kesiapsiagaan masyarakat Indonesia dalam menghadapi potensi bencana di masa depan.