JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Kepribadian ganda, atau yang dikenal dalam dunia psikologi sebagai Dissociative Identity Disorder (DID), adalah gangguan mental yang ditandai dengan adanya dua atau lebih identitas atau kepribadian yang berbeda dalam diri seseorang.
Setiap kepribadian dapat memiliki pola perilaku, ingatan, dan karakteristik unik. Gangguan ini sering dikaitkan dengan pengalaman traumatis yang dialami individu di masa kecil.
Menurut American Psychiatric Association (APA), DID adalah kondisi yang langka namun serius. Studi menunjukkan bahwa gangguan ini biasanya berkembang sebagai mekanisme pertahanan psikologis terhadap trauma berat, seperti pelecehan fisik, seksual, atau emosional pada masa kanak-kanak.
Trauma ini menyebabkan individu memisahkan atau memutus ingatan tertentu untuk melindungi diri dari rasa sakit emosional.
BACA JUGA:Dinas Kesehatan Apresiasi Kontribusi SKK Migas PetroChina dalam Pencegahan Stunting di Tanjab Barat
Salah satu penelitian penting dalam bidang ini dilakukan oleh Dr. Richard Kluft, seorang ahli psikologi klinis. Dalam studinya, ia menemukan bahwa pasien dengan DID rata-rata memiliki sekitar 10 kepribadian berbeda.
Masing-masing identitas dapat memiliki usia, jenis kelamin, bahkan aksen berbicara yang berbeda. Kepribadian tersebut sering kali "muncul" untuk menangani situasi yang tidak dapat diatasi oleh kepribadian utama.
Selain itu, penelitian menggunakan teknologi pencitraan otak menunjukkan adanya perbedaan aktivitas neurologis ketika seseorang beralih dari satu identitas ke identitas lain.
Studi ini memperkuat gagasan bahwa DID bukan hanya masalah psikologis, tetapi juga melibatkan perubahan biologis di otak.
Terapi yang digunakan untuk menangani DID umumnya melibatkan psikoterapi jangka panjang, seperti terapi perilaku kognitif dan terapi berbasis trauma.
BACA JUGA:Majang Puto: Kolaborasi Berteduh Coffee dan Sevend Feast Rayakan Fotografi Urban
BACA JUGA:Meutya Hafid Dorong Perubahan Positif di Kementerian Komunikasi dan Digital
Tujuannya adalah untuk membantu pasien mengintegrasikan semua identitas mereka menjadi satu kesatuan yang utuh.
Meski sering disalahpahami dan dikaitkan dengan stigma, penelitian terus menunjukkan bahwa dengan perawatan yang tepat, individu dengan DID dapat hidup dengan lebih stabil dan memahami dirinya lebih baik.