Bahaya Gempa Megathrust Yang Bisa Terjadi Kapan Saja, Ini Penjelasan BMKG

Senin 16-12-2024,21:26 WIB
Reporter : Puji
Editor : Puji

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan mengenai fenomena ini dan kapan kemungkinan terjadinya gempa Megathrust. Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengungkapkan bahwa potensi megathrust saat ini berkaitan dengan segmen-segmen sumber gempa yang terletak di zona seismic gap di Selat Sunda serta Mentawai-Siberut.

Daryono menambahkan bahwa kedua segmen tersebut telah mengalami gempa besar beberapa tahun yang lalu. Oleh karena itu, pembahasan ini bukan mencerminkan bahwa gempa besar akan segera terjadi, melainkan menyoroti potensi terjadinya gempa akibat aktivitas di segmen-segmen sumber yang berada di sekitarnya, yang sebelumnya telah mengalami gempa besar.

“Peristiwa semacam ini merupakan momen yang tepat untuk mengingatkan kita di Indonesia akan potensi gempa di zona seismic gap Selat Sunda dan Mentawai-Siberut,” ucap Daryono Minggu (15/12/2024). Sebagai catatan, gempa besar yang melanda Selat Sunda terjadi pada tahun 1957, dengan catatan seismic gap mencapai 267 tahun.

Sementara itu, di Mentawai-Siberut, gempa besar telah terjadi pada tahun 1979, yang berarti usia seismic gap di wilayah tersebut adalah 227 tahun. Hal ini kontras dengan peristiwa yang terjadi di Tunjaman Nankai, yang mengalami gempa pada 8 Agustus 2024. Sebelumnya, daerah tersebut juga mengalami gempa besar pada tahun 1946, dengan usia seismic gap hanya 78 tahun.

BACA JUGA:Review Film Thriller Netflix Bertajuk Carry On Yang Disutradarai Oleh Jaume Collet-Serra

BACA JUGA:Sinopsis Film Korea Secret: Untold Melody dan Jadwal Tayangnya

Daryono menekankan bahwa kedua seismic gap di Indonesia menunjukkan periodisitas yang jauh lebih panjang dibandingkan dengan Nankai. Oleh karena itu, penting bagi Indonesia untuk lebih serius dalam menyiapkan upaya mitigasi bencana. 

Mengingat kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun tidak mengalami gempa besar, potensi terjadinya gempa besar atau megathrust sangat mungkin terjadi. “Tetapi bukan berarti segera akan terjadi gempa dalam waktu dekat,” ucap Daryono.

Sementara itu, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa isu ini bukanlah hal baru. Pihaknya terus membahas potensi gempa di zona Megathrust agar masyarakat dapat bersiap menghadapi risiko yang mungkin timbul.

“Kenapa BMKG dan beberapa pakar mengingatkan (megathrust)? Tujuannya adalah untuk ‘ayo, tidak hanya ngomong aja, segera mitigasi (tindakan mengurangi dampak bencana),” ujar Dwikorita.

BACA JUGA:Filosofi Tentang Stoikisme, Yaitu Cara Frustrasi Mengubah Ketangguhan Mental

BACA JUGA:Mulai 1 Januari 2025 Netflix dan Spotify Akan Dikenakan Tarif PPN 12 Persen Oleh Dirjen Pajak

Pihak BMKG telah melakukan berbagai langkap antisipasi. Salah satunya menempatkan sensor-sensor sistem peringatan dini tsunami InaTEWS menghadap zona tersebut. Kemudian juga melakukan edukasi masyarakat lokal dan internasional termasuk dengan melakukan pendampingan pada pemerintah daerah menyiapkan infrastruktur mitigasi, mulai dari jalur evakuasi, sistem peringatan dini dan shelter tsunami.

Selain itu bergabung juga Indian Ocean Tsunami Information Center. Tujuan komunitas ini mengedukasi 25 negara di Samudera Hindia dalam menghadapi gempa dan tsunami. BMKG juga melakukan pengecekan berkala sistem peringatan dini yang dihibahkan kepada Pemda. Terakhir menyebarluaskan peringatan dini bencana yang dibantu oleh Kementerian Komdigi.

Kategori :