Festival Bekarang Lopak Sepang 2024, Tradisi Mengambil Ikan di Lubuk Larangan di Muaro Jambi

Senin 26-08-2024,08:01 WIB
Reporter : Surya Elviza
Editor : Surya Elviza

JAMBI,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID – FESTIVAL Bekarang Lopak Sepang yang digelar di Desa Tebat Patah, Kabupaten Muaro Jambi, Sabtu, 24 Agustus 2024 mengangkat prosesi adat “Bekarang”. 

Tradisi Bekarang merupakan aktivitas tahunan di Desa Tebat Patah yang mencerminkan sinergi antara alam dan manusia. 
 
Dalam tradisi ini, masyarakat setempat bersama-sama memanen ikan di lubuk larangan—wilayah perairan yang dilindungi secara adat dan hanya boleh dipanen satu kali dalam setahun, khususnya saat musim kemarau. Kegiatan ini bukan hanya sekadar menangkap ikan, tetapi juga menegaskan pentingnya solidaritas dan semangat gotong royong yang kuat di antara warga.
 
Prosesi adat Bekarang dimulai dengan upacara pembukaan lubuk larangan, yang dipimpin oleh para tetua adat setempat. Setelah itu, masyarakat, mulai dari anak-anak hingga orang tua, terlibat langsung dalam menangkap ikan di sungai.
 
BACA JUGA:BI dan TPID Kota Jambi Bersinergi untuk Pengendalian Inflasi melalui GNPIP
 
BACA JUGA:Gildcoustic dan Lala Windy Gelar Meet and Greet, Hibur Masyarakat Jambi di Pesta Musik Istimewa
 
Perwakilan Direktur Perfilman Musik dan Media Kemendikbudristek, Nuzul Kristanto, menyatakan, pelaksanaan Festival Bekarang Lopak Sepang ini menghidupkan kembali
ingatan akan peradaban bangsa yang lahir dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Batanghari.
 
 “Warisan budaya kita yang kaya harus dijunjung sebagai identitas dan simbol kearifan lokal,” tegasnya saat memberi sambutan pada Sabtu, 24 Agustus 2024.
 
Bicara tentang prosesi Bekarang, Direktur Festival Bekarang Lopak Sepang, Anjas Budi, mengatakan tradisi tersebut diangkat lantaran telah menjadi warisan budaya kebanggaan masyarakat setempat.
 
 Menurutnya, sejak dahulu tradisi Bekarang selalu dinanti masyarakat lantaran lubuk larangan merupakan wilayah yang ditetapkan secara adat hanya boleh dimanfaatkan sumber dayanya satu kali dalam setahun.
 
BACA JUGA:Deklarasi dan Pengukuhan TPK Madel-Nor Muhammad Dihadiri HBA
 
BACA JUGA:Gunung Semeru Erupsi 11 Kali, Masyarakat Diimbau Waspada Meski Letusan Tak Terlihat
 
 “Meski Bekarang dilaksanakan rutin setiap tahun hingga saat ini, namun prosesi adat secara lengkap, itu terakhir dilaksanakan tahun prosesi. Tahun ini kita coba laksanakan secara lengkap sesuai dengan yang diajarkan orang tua kita dulu,” kata Anjas pada Sabtu 24 Agustus 2024.
 
Anjas menyebutkan, prosesi pertama dilakukan di hari sebelum Bekarang, yakni sidang adat yang dipimpin oleh para tokoh adat membicarakan apakah tradisi Bekarang bisa dilakukan atau tidak. Kemudian dilanjutkan memilih tiga orang sebagai utusan untuk melihat kondisi lubuk larangan. “Tokoh adat memilih Ngundur, orang yang diutus memeriksa kondisi lubuk larangan,” lanjutnya.
 
Jika kondisi lubuk larangan, lanjut Anjas, siap untuk dipanen maka waktu Bekarang akan ditetapkan dan diumumkan kepada masyarakat. Setelah itu, malam sebelum Bekarang dimulai dilakukan ritual khusus serta penjagaan lubuk larangan hingga pagi.
 
 “Secara prosesi sama dengan zaman dulu, namun secara doa-doanya beda. Sekarang pakai doa-doa sesuai ajaran agama Islam,” katanya. 
 
Menurutnya, Festival Bekarang Lopak Sepang sendiri yang dilakukan di malam sebelum Bekarang menjadi momentum kebersamaan dalam mengingat kembali tradisi Bekarang. 
 
BACA JUGA:Dalam 1 Tahun SKK Migas PetroChina Gelar 8 Kali Aksi Donor Darah, Ratusan Kantong Darah Terkumpulkan
 
BACA JUGA:KPP Pratama Bangko Gelar Forum Konsultasi Publik dan Apresiasi Wajib Pajak
 
Tidak hanya menampilkan prosesi adat, tetapi juga berbagai kesenian dan pertunjukan yang menggambarkan kearifan lokal setempat. Mulai dari tari-tarian tradisional, musik khas daerah, dan drama bersyair dipersembahkan untuk menceritakan kekayaan budaya Desa Tebat Patah.
 
 “Melalui festival ini, kami berharap generasi muda dapat lebih mengenal dan mencintai warisan budaya mereka, sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem yang ada di sekitar lubuk larangan,” harap Anjas Budi. 
 
Seorang Tokoh Adat dari Tebat Patah, Rajo Kamel, menyatakan bahwa Bekarang adalah simbol kehidupan Desa Tebat Patah. Melalui kegiatan ini, menurutnya, menunjukkan bahwa hidup selaras dengan alam adalah hal yang utama.
 
 “Tradisi ini mengingatkan kami untuk selalu menjaga hubungan baik dengan lingkungan, karena semua komponen kehidupan saling membutuhkan dan saling mengasihi. Serta berdoa agar terhindar dari gangguan dari orang lain,” ucapnya. 
 
Ia melanjutkan, kegiatan Bekarang ini dilakukan setelah diumumkan oleh kepala desa atau lurah. “Jika melanggar, maka akan mendapatkan sanksi/denda adat karena sudah sembarangan menangkap ikan di lubuk larangan,” ujarnya. 
 
Festival Bekarang Lopak Sepang yang digelar di Kabupaten Muaro Jambi ini merupakan satu dari 12 festival budaya Kenduri Swarnabhumi 2024 yang diharapkan menjadi katalis bagi upaya pelestarian budaya dan lingkungan di sepanjang DAS Batanghari, membangkitkan kesadaran akan pentingnya menjaga warisan nenek moyang untuk generasi mendatang. 
 
BACA JUGA:Hadir di Indonesia dengan Teknologi Canggih, Ini Harga dan Spesifikasi Tesla Cybertruck
 
BACA JUGA:Banjir Bandang di Ternate: Tujuh Nyawa Melayang, Basarnas Terus Berjuang
 
Kenduri Swarnabhumi sendiri akan digelar di daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, yakni di 10 Kabupaten/Kota se-Provinsi Jambi dan satu Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat dengan mengangkat narasi hubungan penting antara kebudayaan dengan pelestarian lingkungan, khususnya sungai, dan sebaliknya juga tentang pelestarian lingkungan untuk kebudayaan berkelanjutan. 
 
Rangkaian pagelaran festival budaya yang akan diselenggarakan oleh masyarakat setempat ini, menjadi momentum memperkuat semangat kemandirian dalam mengangkat kearifan lokalnya. 
 
Kategori :