Cegah Perpecahan, Formasi Indonesia Moeda Dukung Gagasan Pilpres 2024 Sekali Putaran

Jumat 22-12-2023,19:22 WIB
Reporter : Risza S Bassar
Editor : Risza S Bassar

“Sebaliknya, apabila pilpres berlangsung sekali putaran, maka hal itu akan menghemat anggaran. Anggaran sebesar 17 triliun bisa dikembalikan ke kas negara, dan dapat digunakan untuk kepentingan rakyat, atau dialokasikan untuk program pemerintah lainnya,” paparnya.

BACA JUGA:5 Zodiak yang Punya Banyak Relasi karena Sifatnya yang Supel

BACA JUGA:5 Zodiak Perempuan yang Paling Romantis dan Perhatian dengan Pasangan, Bikin Hubungan Langgeng

Ketiga, Pilpres 2024 sekali putaran akan membuat Indonesia lebih damai untuk mencegah kekhawatiran munculnya potensi polarisasi politik ekstrem yang menajam pada putaran kedua.

Apalagi melihat dinamika politik terakhir, posisi Anies Baswedan sudah mulai menggeser Ganjar Pranowo.

“Artinya pada putaran kedua Prabowo-Gibran berpotensi akan berhadapan dengan Anies-Muhaimin yang notabene didukung oleh para pencetus politik identitas, seperi Ustadz Abdul Somad, Rizieq Shihab dan Ijtima’ Ulama. Kondisi pada Pilpres 2024 akan semakin tajam ledakan polarisasinya, isu jual ayat dan mayat akan kembali menjadi narasi perbincangan di masyarakat. Itu tidak boleh terjadi,” harap Syifak.

Lebih jauh Syifak mengatakan, hasil kajian Formasi Indonesia Moeda bahwa potensi polarisasi pada Pilpres 2024 bukan sekedar mitos, tapi nyata dan terjadi di masyarakat Indonesia. Hal itu didasari oleh dua hal. 

BACA JUGA:5 Shio yang Akan Dapat Rezeki Seperti Durian Runtuh di Tahun 2024, Cuan Terus

BACA JUGA:5 Zodiak yang Paling Obsesi dengan Penampilan, Siapa Saja?

Pertama, temuan hasil survei nasional yang dilakukan oleh Laboratorium Psikologi Politik Universitas Indonesia menyebut bahwa polarisasi politik Indonesia itu bukan sekedar mitos melainkan fakta, yakni benar-benar terjadi di masyarakat. 

“Dalam kajian dari UI itu, kita melihat medium polarisasi itu bisa terjadi di dunia maya dan dunia nyata. Polarisasi itu bisa terjadi berdasarkan agama, polarisasi berbasis kepuasan kinerja pemerintah, berbasis anti luar negeri (asing dan aseng), dan bukan mustahil kembali terjadi di Pilpres 2024,” ujar Syifak.

“Itu artinya, temuan survei Laboratorium Psikologi Politik UI yang memotret polarisasi itu bukan mitos semata, tetapi benar-benar terjadi di masyarakat,” tambahnya.

Kedua, kata Syifak, merujuk pada artikel berjudul ‘Indonesia’s polarisation isn’t dead, just resting’, Seth Soderborg & Burhanuddin Muhtadi. Sesuai judulnya, artikel ini menyebutkan bahwa polarisasi yang ada di masyarakat kita, Indonesia, tidak sepenuhnya berakhir atau menghilang. Melainkan hanya ‘jeda sejenak’. 

BACA JUGA:5 Shio Wanita yang Punya Karir Gemilang di Tahun 2024, Sukses Berkilau

BACA JUGA:Jelang Nataru, Pj Wali Kota Jambi Sri Purwaningsih Sidak Pasar Induk Talang Gulo

“Dengan menggunakan kata ini, ‘jeda’ atau ‘istirahat’ sejenak, hal ini memberi penegasan bahwa polarisasi yang ‘jeda sejenak’ itu bisa saja ‘terangsang’ untuk muncul. Polarisasi memiliki basis massa yang berakar pada garis-garis pembelahan politik yang telah berlangsung lama dan permanen,” jelas Syifak.

Kategori :