"Yang bersangkutan pun dalam berbagai pernyataan publik yang terekam di berbagai media, baik media elektronik, cetak maupun media sosial dengan gaya yang terkesan sangat santun selalu menyatakan sebagai kader PDI Perjuangan, taat pada peraturan, taat pada perintah Ketua Umum partai," kata Andreas.
"Publik Indonesia merekam itu dalam memorinya. Namun, hanya dalam sekejap GRR dengan dingin nya PDI Perjuangan, meninggalkan Capres yang diusung PDI Perjuangan dan bergabung dengan Capres lain karena dicalonkan Wapres," sambungnya.
Menurutnya, tindakan yang dilakukan oleh Gibran terhadap PDI Perjuangan telah mencoreng wajah politiknya sendiri.
Bahkan akan menjadi catatan buruk soal karakter pemimpin, seperti integritas, loyalitas dan kejujuran dalam berpolitik yang seharusnya ditunjukan oleh seorang calon pemimpin.
Apalagi sosok tersebut dicalonkan untuk jabatan yang begitu tinggi, yaitu sebagai Wakil Presiden.
"Apakah yang selama ini diucapkan bisa dipegang? Hari ini perlakuan GRR terhadap PDI Perjuangan, bukan tidak mungkin besok-lusa terhadap partai yang mengusungnya menjadi Cawapres, bukan tidak mungkin juga terhadap rakyat yang memilihnya," ucap Andreas.
"Rakyat juga yang akan menilai, rakyat jugalah yang akan meyerahkan daulat politiknya dalam pemilu nanti. Biarkanlah..rakyat yang menentukan sikap dan yakyat jugalan yang akan memutuskan pilihannya," tandasnya.