JAKARTA, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Sejumlah lembaga Internasional telah memperingatkan agar semua negara bersiap menghadapi ancaman resesi global.
Sebab, resesi dan ketidakpastian ekonomi global kemungkinan terjadi pada 2023.
Artinya, jika itu terjadi, ekonomi yang tidak stabil, kenaikan harga sembako, dan naiknya angka kemiskinan bukan lagi hal yang aneh.
Meskipun demikian, masyarakat diimbau tidak panik karena ada beberapa cara bisa bertahan di masa resesi, salah satunya dengan investasi.
Direktur Center of Economic and Law Studies Bhima Yudhistira mengatakan selama resesi, masyarakat tetap bisa berinvestasi, salah satu instrumen investasi yang aman, yakni reksa dana seperti dikutip dari JPNN.com
Menurut Bhima, reksa dana campuran dan reksa dana pasar uang cukup menarik bagi investor karena pergerakannya tidak terlalu fluktuatif.
Kemudian, investasi ini cukup likuid atau mudah dicairkan sehingga bisa menjadi cadangan cash jangka pendek.
"Imbal hasil wajib di atas inflasi, track record dari manajer investasi dalam pengelolaan reksa dana jika bentuknya saham perlu dicari emiten dengan kinerja yang berpeluang tumbuh meskipun ada resesi,” ujar Bhima kepada JPNN, Selasa 1 November 2022.
BACA JUGA:Mutasi Pertama Kapolda Jambi Irjen Rusdi Hartono, Sejumlah Kapolsek Diganti
BACA JUGA:BREAKING NEWS: PKL di PT SGS, Siswa SMKN 1 Muaro Jambi Terjepit Mesin Hot Press
Selain itu, masih ada sejumlah instrumen berinvestasi di sektor keuangan yang bisa jadi pilihan investor di tengah tren suku bunga tinggi.
"Salah satu pilihan instrumen investasi tersebut ialah emas dan surat utang negara (SUN) karena relatif tahan guncangan saat terjadi kenaikan suku bunga," kata Bhima.
Lebih lanjut, instrumen selanjutnya yang bisa menjadi pilihan investasi ialah reksa dana pendapatan tetap, produk deposito, dan saham sektor konsumer.
"Deposito dan sektor yang masih cukup positif sebenarnya sektor consumer goods atau sektor yang berkaitan dengan makanan dan minuman. Sebab, kalau inflasi meningkat terjadi kenaikan permintaan," ungkap Bhima. *