Sopir Truk Mengeluh! Tarif Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar Naik Jelang Nataru
Kenaikan tarif jalan tol Bakauheni-Terbanggi Besar dinilai memberatkan para sopir truk.-ist/jambi-independent.co.id-
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID – Kenaikan tarif Jalan Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (Terpeka) memicu peralihan arus lalu lintas.
Banyak truk dan kendaraan pribadi memilih meninggalkan jalan tol dan beralih ke Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) atau jalan arteri, terutama menjelang Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru).
Kenaikan tarif jalan tol Bakauheni-Terbanggi Besar resmi diberlakukan sejak 27 November 2025. Badan Usaha Jalan Tol menyebut penyesuaian tarif dilakukan untuk menjaga kelayakan operasional dan perawatan infrastruktur.
Namun, di lapangan, kenaikan tarif tersebut dinilai memberatkan pengguna. Akibatnya, arus kendaraan, baik truk logistik maupun kendaraan pribadi, beralih ke Jalinsum karena tidak sanggup menanggung biaya tol.
BACA JUGA:Jalan Tol Trans Sumatera Siap Layani Libur Nataru, 1.534 CCTV Disiagakan
Dampak kenaikan tarif terlihat jelas menjelang puncak arus libur Nataru. Jalinsum dari arah Bandar Lampung hingga Pelabuhan Bakauheni terpantau padat oleh kendaraan yang melintas. Sebaliknya, arus lalu lintas di jalan tol pada Kamis 18 Desember 2025 terlihat relatif sepi.
Dilansir dari beritasatu.com, volume kendaraan di jalan tol Sumatera dilaporkan mulai menurun sejak tarif baru diberlakukan.
Sementara itu, peningkatan arus di Jalinsum membuat sejumlah titik rawan kemacetan kembali padat, bahkan antrean panjang tak terhindarkan pada jam-jam tertentu.
Kondisi tersebut tidak hanya memperlambat waktu tempuh perjalanan, tetapi juga meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas.
BACA JUGA:Viral! Aksi Ugal-ugalan di Jalan Tol Berujung Pemecatan Sopir Bus Rosalia Indah
Jalan nasional yang tidak dirancang untuk menampung beban berat secara masif kini kembali menjadi tulang punggung arus logistik dan kendaraan pribadi.
Para sopir truk mengaku semakin tertekan dengan kondisi tersebut. Selain tarif tol yang naik, mereka juga menghadapi kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis solar di Pulau Sumatera.
Handoko (46), sopir truk logistik lintas provinsi, mengatakan dirinya harus rela mengantre berjam-jam demi mendapatkan solar.
"Makin sulit ini, tarif tol naik, solar pun langka. Kami harus antre enam jam sampai satu hari untuk dapat solar," kata Handoko.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:




