Rojali dan Rohana: Antara Gengsi, Eksistensi, dan Realita Sosial
Ilustrasi: Fenomena Rojali dan Rohana yang marak terjadi-Freepik/jambi-independent.co.id-
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID- Istilah Rojali (Rombongan Jarang Beli) dan Rohana (Rombongan Hanya Nanya) kini semakin populer sebagai sindiran halus dalam dunia hiburan dan sosial media.
Istilah ini merujuk pada sekelompok orang yang datang ke tempat nongkrong, kafe, atau pusat perbelanjaan secara beramai-ramai, namun tidak benar-benar membeli atau mengonsumsi produk secara signifikan.
Meski tampak remeh, fenomena Rojali dan Rohana mencerminkan gejala sosial yang lebih dalam, khususnya pada generasi muda khususnya di perkotaan.
Pada praktik kesehariannya, Rojali dan Rohana dapat dicontohkan pada fenomena seseorang yang seringkali mendatangi mal atau toko perbelanjaan hanya untuk melihat tanpa membeli barang secara langsung.
Pengunjung akan melihat, mencoba, melihat ukuran, bahkan berkonsultasi dengan pramuniaga tanpa membeli barang yang sudah dilihat.
BACA JUGA:Apple Music Tawarkan Langganan Gratis Selama 6 Bulan, Ini Cara Mendapatkannya!
Fenomena ini marak dilakukan oleh calon konsumen untuk membandingkan harga barang di toko luring dan daring. Tindakan ini mencerminkan kehati-hatian seseorang dalam melakukan konsumsi barang.
Sebab, seringkali harga yang berada di toko luring jauh lebih mahal dibanding dibeli secara daring.
Jika dilihat dari segi ekonomi, fenomena ini terjadi karena adanya harga yang berbeda jauh antara barang yang dijual secara langsung di toko dibandingkan dibeli secara daring.
Seorang konsumen dapat membeli barang dengan kualitas dan kuantitas yang sama dengan harga miring. Kejadian ini juga disebabkan adanya perbedaan biaya operasional antara toko luring dan daring.
Pada toko luring, terdapat beberapa biaya yang dibebankan ke harga barang yang salah satunya berasal dari biaya sewa toko. Berbeda dengan toko daring yang tidak memerlukan pengeluaran biaya sewa.
BACA JUGA:Mengenal Apa Itu Perbedaan FOMO Dan JOMO
Perilaku konsumsi masyarakat Indonesia yang kini sedang melemah pun juga terlihat dari kehati-hatian masyarakat dalam berbelanja. Oleh sebab itu, banyak dari masyarakat yang mencari alternatif cara berbelanja dengan harga yang lebih murah.
Adapun jika dilihat dari segi sosial, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan maraknya fenomena Rojali dan Rohana. Pertama, adanya keinginan untuk tetap terlihat eksis di lingkungan sosial, terutama di media sosial.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:



