Biar Haji Lancar Tanpa Haid! Dokter Ini Bongkar Cara Aman Menundanya, Wajib Tahu Sebelum Berangkat

Ilustrasi wanita haid-freefik-
JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Banyak calon jemaah haji perempuan yang ingin menjalankan ibadah dengan khusyuk tanpa gangguan datang bulan. Untuk itu, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi dari RS Universitas Indonesia, dr. Cepi Teguh Pramayadi, Sp.OG(K)FER, MARS, membagikan panduan aman menunda haid menggunakan obat berbasis hormon.
Menurut dr. Cepi, penggunaan obat hormonal dapat menjadi solusi efektif agar ibadah haji tidak terganggu oleh menstruasi. Obat yang digunakan umumnya mengandung hormon progesteron yang bekerja dengan menunda siklus menstruasi alami wanita.
“Tujuannya adalah supaya perempuan bisa tetap fokus beribadah tanpa dihentikan oleh siklus haid. Tapi yang paling krusial adalah waktu mulai minum obatnya,” kata dr. Cepi saat diwawancarai ANTARA di Jakarta, Senin.
Untuk hasil yang maksimal, dr. Cepi menyarankan agar konsumsi obat dimulai 14 hari sebelum jadwal haid berikutnya. Misalnya, jika haid diperkirakan datang pada 30 Mei, maka obat harus mulai diminum sejak 16 Mei. Aplikasi pelacak siklus menstruasi sangat disarankan agar jadwal konsumsi obat bisa lebih akurat.
BACA JUGA:Update Hasil Liga Italia Tadi Malam: Ac Milan Menang Dramatis 2-1 Atas Genoa
BACA JUGA:Ganggu Kenyamanan! Truk Batu Bara Siang-siang Sudah Bikin Ulah, Parkir Memanjang di Bahu Jalan
“Obat diminum dua kali sehari secara teratur hingga selesai ibadah. Jangan dihentikan tiba-tiba, karena haid bisa langsung muncul meski ibadah belum selesai,” tegasnya.
Meski sudah mengonsumsi obat sesuai jadwal, sebagian wanita mungkin mengalami bercak darah atau spotting. Ini bisa terjadi akibat lapisan dinding rahim yang terlalu tipis. Dalam kasus seperti ini, dr. Cepi menyarankan penyesuaian dosis sementara.
“Kalau muncul spotting, dosisnya bisa dinaikkan jadi tiga kali sehari sampai bercaknya hilang. Setelah itu, kembali ke dosis dua kali sehari,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa bercak ringan seperti ini masih memungkinkan untuk tetap melaksanakan ibadah, karena bukan termasuk menstruasi secara medis.
BACA JUGA:Hasan Mabruri Jadi yang Terakhir Kembalikan Berkas Bakal Calon Ketum KONI Provinsi Jambi
BACA JUGA:Kok Bisa! 2 Napi Tewas Usai Pesta Miras di Lapas
Penggunaan obat hormonal memang bisa menimbulkan efek ringan seperti mual atau sakit kepala di awal konsumsi. Namun gejala ini umumnya bersifat sementara dan tidak membahayakan aktivitas sehari-hari.
Lebih lanjut, penggunaan obat penunda haid tidak disarankan secara sembarangan, terutama bagi wanita dengan riwayat hipertensi, stroke, atau sedang dalam pengobatan tekanan darah tinggi.
“Bukan tidak boleh, tapi harus dikonsultasikan dulu. Jangan sampai penggunaan obat justru membahayakan kesehatan,” tutur dr. Cepi, yang juga praktik di Primaya Evasari Hospital.
Menunda haid untuk kepentingan ibadah seperti haji memang bisa dilakukan secara medis. Namun, perlu pengetahuan tepat tentang waktu, dosis, dan kondisi tubuh agar hasilnya optimal dan aman. Jangan ragu untuk berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis sebelum memulai pengobatan hormon, terutama jika memiliki riwayat penyakit kronis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: