Catatan dan Saran Juri Festival Teater Remaja Se-Provinsi Jambi Tahun 2022

Catatan dan Saran Juri Festival Teater Remaja Se-Provinsi Jambi Tahun 2022

Putra Agung, Dewan Juri II FTR 2022-dok/jambi-independent.co.id-

BACA JUGA:Karang Taruna dan Mahasiswa KKN Unja Bantu Keluarga Korban Tewas Bentrok Suporter Sepak Bola di Tebo

Beratnya tugas yang harus diselesaikan seorang sutradara tersebut membuat posisi ini bergengsi sehingga siapapun mampu menjadi sutradara (tak peduli apapun latar belakangnya) asalkan memiliki kemauan belajar, berusaha, dan berproses.

Metode dan ilmu penyutradaraan mesti dipelajari baik secara langsung melalui jalur sekolah seni atau dapat juga dipahami secara otodidak dengan membaca buku-buku metode penyutradaraan diimbangi dengan rutin menyaksikan beragam pertunjukan baik amatir maupun profesional, mengamati karya rupa, musik, tari hingga sastra, rajin bertanya kepada mereka yang sudah terlebih dahulu terjun di dunia penyutradaraan serta yang paling penting, rutin berproses menyutradarai karya pertunjukan.

Dalam FTR 2022, posisi sutradara banyak didominasi anak-anak muda namun belum memiliki pengetahuan penyutradaraan yang cukup, pemahaman literasi yang kuat serta pengalaman emosional keaktoran dan penyutradaraan yang mumpuni. Hal ini berimbas pada kualitas karya teater maupun kualitas dari kelompok teater tersebut.

Di sisi lain, dengan segala kekurangannya, keberanian dan semangat para milenial untuk menyutradarai merupakan hal yang patut disyukuri malahan mereka harus diberikan ruang untuk terus berani berkarya.

BACA JUGA:Kamaruddin, Pengacara Brigadir J Kecewa Tak Bisa Ikut Rekonstruksi, Ini Penjelasan Polri

BACA JUGA:Akhirnya, Jalan Khusus Batu Bara Pertama di Jambi Segera Dibangun, Catat Lokasinya

Kedepan, para sutradara muda ini secara sadar dan sedini mungkin menanamkan sifat tahan kritik, nekat, mau belajar, konsisten berkarya.

Kerja-kerja penyutradaraan harus dilakukan dengan kesabaran dibarengi kemandirian untuk mau melatih diri, memahami dramaturgi, menelaah kerja-kerja emansipatoris teater, mempelajari artistik, manajemen panggung serta menjadikan tujuan latihan berteater sebagai sebuah laboratorium kerja bukan sebatas rehearsal untuk naik pentas.

Jika enggan atau tak mau berproses, pun gengsi melakukannya, maka anda akan terus-menerus masuk dalam golongan ‘sutradara dalam rangka’ atau ‘katanya sutradara’.

-Pelajari Ilmu Keaktoran
Menjadi aktor bukan pekerjaan mudah namun tidak juga sulit asalkan benar-benar mau mempelajari ilmu keaktoran, selalu berproses.

BACA JUGA:Persib Bandung Kalah Telak, Dibantai PSM Makassar 5-1

BACA JUGA:Susul The Minions, Ganda Putri Apriyani/Fadia Melaju ke 16 Besar Japan Open 2022

Sebab aktor tidak sebatas membacakan dialog diatas panggung. Seorang aktor melakukan proses akting: perpaduan antara atraksi fisikal (ketubuhan), intelektual (analisis karakter dan naskah), spiritual (transformasi nilai dan jiwa).

Seorang aktor sebelum naik ke panggung harus memahami isi, konsep, latar belakang hingga esensi naskah yang dimainkan. Seorang aktor ‘wajib’ berani mempertanyakan kebenaran dan keinginan sutradara sembari berdiskusi secara intens dengan aktor lainnya.

Apakah selesai? Tentu saja belum. Seorang aktor (tak peduli latar belakang pendidikannya) harus menguasai ilmu keaktoran, minimal dasar-dasar keaktoran agar mengetahui secara detail apa itu blocking, gruping, respons, teknik muncul, konflik, momentum, improvisasi, gimik, eksplorasi properti, gestikulasi kalimat, pernafasan, ketubuhan, logika gerak, vokalitas, logika dialog, ruang imajinatif, struktur dramatik, aksi-emosi, premis, komposisi, penjiwaan/psikologi.

Jangan lupakan pula, pemahaman tentang gestur ilustratif, gestur indikatif, gestur empatik dan gestur autistik serta ruang pentas pun ruang imajinasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: