Videonya Dipaksa Cabuli Kucing Beredar, Bocah Tasik Depresi Akhirnya Meninggal
jambi-independent.co.id|
Editor:
Surya Elviza|
Kamis 21-07-2022,15:46 WIB
Video bocah Tasik saat dipaksa cabuli kucing beredar sehingga membuat depresi dan meninggal dunia. Foto : ist--
TASIKMALAYA,JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID -Bocah asal Bocah Tasik asal Kecamatan Singaparna meninggal dunia dikarenakan mengalami depresi. Mirisnya bocah 11 tahun ini depresi usai dipaksa mencabuli kucing yang adegannya direkam teman-teman sepermainan.
Video bocah saat dipaksa mencabuli kucing tersebut viral dan beredar di kalangan masyarakat.
Usai video tersebut viral, bocah asal Tasik tersebut mengalami depresi dan meninggal dunia.
Dari hasil penelusuran diketahui, bocah 11 tahun asal Tasik yang depresi dan meninggal dunia duduk di kelas 6 SD di Kecamatan Singaparna.
Selain kejadian tersebut, sebelumnya korban juga kerap menjadi korban perundungan yang dilakukan teman-temannya.
Diketahui korban adalah anak dari A (41) dan T (39). Setelah kejadian tersebut, korban menjadi sering melamun dan murung.
Pasalnya, sejak video tersebut beredar, F tidak mau makan dan banyak melamun. Korban kemudian jatuh sakit hingga sempat dirawat sebelum meninggal dunia pada Minggu, 17, Juli 2022.
Kepada orang tuanya, sang anak mengaku sakit tenggorokan dan tidak makan juga minum. Kondisi tersebut terjadi berkepanjangan.
Lantaran tidak makan dan minum, korban mengalami kejang dan dibawa ke rumah sakit sebelum meninggal dunia pada hari Minggu, 17, Juli 2022.
Sang ibu menceritakan bahwa dirinya juga sempat mendapatkan video anaknya dipaksa untuk melakukan tindakan tidak senonoh tersebut.
Hatinya hancur menyaksikan perundungan tersebut. Apalagi anaknya juga kerap diancam juga mendapatkan pemukulan dari teman-temannya.
Ibu beranak empat tersebut mengakui, anaknya mengalami depresi usai kejadian tersebut dan menjadi pemurung. Namun tidak menyangka stres berkepanjangan tersebut bakal merebut nyawa anaknya.
Kejadian bocah di Tasik yang depresi dan meninggal dunia akibat perundungan dari teman-temannya mendapatkan sorotan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia Derah (KPAID) Tasikmalaya.
Ketua KPAID Kabupaten Tasikmalaya, Ato Rinanto mengatakan, pihaknya berusaha untu melakukan pendampingan kepada orang tua korban.
Meski kejadian tersebut sangat memilukan bagi pihak keluarga, namun mereka mengaku sudah ikhlas. Namun, persoalan ini menjadi sorotan khusus dari KPAID.
"Saya harap ini tidak terjadi lagi, kami berusaha melakukan pemulihan trauma keluarga korban," tuturnya, saat bertandang ke kediaman korban.
Ato mengakui, video F dipaksa melakukan pencabulan terhadap kucing memang sempat tersiar di media sosial. Adegan tersebut direkam teman-temannya.
Video tersebut membuat F malu dan mengalami gangguan secara psikis, sehingga kondisi mentalnya tertekan.
Hingga akhirnya bocah 11 tahun asal Kecamatan Singaparna, Tasik itu, mengalami depresi dan sakit hingga meninggal dunia.
Sementara itu, pihak kepolisian sektor Singaparna mengaku belum menerima laporan maupun pengaduan terkait kasus perundungan tersebut.
Meski begitu, pihaknya akan turun ke lapangan untuk mendalami persoalan tersebut. "Kami belum menerima laporan soal ini, tapi anggota ke lokasi untuk pendalaman," kata Panit Reskrim Polsek Singaparna Aipda, Dwi Santoso. (viz)
Artikel ini sudah tayang di radarcirebon.disway.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber:
radarcirebon.com