b9

Bupati Pati Arogan? Kritik Jangan Terjebak Potongan Video

Bupati Pati Arogan? Kritik Jangan Terjebak Potongan Video

Dr Noviardi Ferzi-ist/jambi-independent.co.id-

JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID -  Seorang pemimpin yang hebat tidak menciptakan pengikut, ia menciptakan pemimpin yang lebih hebat — Tom Peters.

Kutipan tersebut menjadi pengingat bahwa gaya komunikasi seorang pemimpin tidak selalu harus tentang keselarasan dan kesepakatan.

Terkadang, ia justru harus memantik diskusi, bahkan perdebatan, untuk membangkitkan inisiatif dan tanggung jawab kolektif. 

Kritik terhadap gaya komunikasi Bupati Pati, Jawa Tengah yang dianggap arogan, menantang, dan kurang berempati mencuat dalam sebuah artikel yang menganalisis beberapa rekaman video pidato bupati.

BACA JUGA:Liverpool Hajar Bournemouth 4-2, Hugo Ekitike Persembahkan Gol untuk Mendiang Jota

Meskipun kritik ini mencerminkan persepsi sebagian masyarakat, analisis tersebut tampaknya belum sepenuhnya mempertimbangkan konteks, intensi, dan dampak dari gaya komunikasi itu sendiri.

Dalam opini ini, saya hendak menyanggah pandangan tersebut dengan menawarkan perspektif yang lebih seimbang, sembari tetap mengakui ruang perbaikan dalam komunikasi publik seorang pemimpin.

Sering kali kritik gaya komunikasi bermula dari potongan video tanpa kontekstualisasi.

Padahal pidato atau pernyataan yang tampak “menantang” bisa jadi sarat strategi, misalnya untuk menegaskan komitmen terhadap kebijakan sulit atau meredam ketegangan publik.

BACA JUGA:Timnas Indonesia U-17 Tumbangkan Uzbekistan 2-0 di Piala Kemerdekaan 2025

Tanpa pemahaman situasi yang melatarbelakangi, penilaian terhadap gaya bicara seorang bupati menjadi tidak adil.

Studi terkait menunjukkan bahwa pendekatan komunikasi transformasional—yang menginspirasi dan memotivasi melalui kejelasan visi dan kharisma—lebih efektif membentuk pemahaman dan produktivitas dalam organisasi publik (Aulia, Marsidin, & Sulastri, 2023).

Membedakan antara niat dan persepsi publik juga penting.

Kritik yang menyebut gaya bicara bupati sebagai arogan atau kurang berempati tampaknya lebih berfokus pada persepsi ketimbang intensi di balik komunikasi tersebut.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: