JAMBI - INDEPENDENT.CO.ID - Perkembangan teknologi yang begitu cepat mendorong hampir semua aspek kehidupan beralih ke sistem digital. Transformasi ini semakin pesat berkat kehadiran teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Sejak OpenAI merilis ChatGPT pada November 2022, pemanfaatan AI dalam kehidupan sehari-hari meningkat tajam dan mulai digunakan oleh berbagai sektor.
Meski menawarkan beragam kemudahan, teknologi AI juga menghadirkan kecemasan baru bagi masyarakat.
BACA JUGA:Apple Siapkan Strategi Baru, iPhone Diluncurkan dalam Dua Fase Mulai 2026
Kekhawatiran utama berkaitan dengan kemampuan AI dalam memproduksi informasi palsu yang dapat memicu konflik sosial.
Selain itu, potensi AI dalam pengembangan senjata canggih untuk kepentingan militer turut menjadi perhatian serius.
Di sisi lain, ketakutan terbesar terletak pada ancaman AI yang dapat menggantikan pekerjaan manusia dan memicu gelombang pengangguran baru.
Sejumlah perusahaan teknologi besar mulai menggunakan AI untuk mengambil alih peran yang sebelumnya dikerjakan manusia.
BACA JUGA:Farenza Garden Merangin Raih Penghargaan API Award 2025
Contohnya Google yang belakangan melakukan pemutusan hubungan kerja pada divisi penjualan iklannya.
Reuters melaporkan bahwa banyak perusahaan teknologi melakukan PHK sebagai upaya mengurangi beban operasional melalui otomatisasi dan penggunaan AI.
IBM dan BT Group juga mengaitkan langkah PHK mereka dengan adopsi kecerdasan buatan.
Menurut penelitian Goldman Sachs, AI berpotensi memengaruhi hingga 300 juta pekerjaan di seluruh dunia.
Dampaknya bisa menciptakan perubahan besar di pasar kerja global. Analisis lain dari McKinsey memprediksi bahwa pada tahun 2030, lebih dari 12 juta pekerjaan di Amerika Serikat akan hilang dan digantikan oleh kebutuhan profesi baru.
BACA JUGA:Indra Sjafri Kantongi 18 Nama untuk Skuad Timnas U-22 di SEA Games 2025