Berdasarkan perjanjian tersebut, Hamas diwajibkan membebaskan semua sandera, baik yang hidup maupun yang sudah meninggal, sedangkan Israel menarik pasukannya ke garis yang telah disepakati.
Kesepakatan ini disambut positif oleh masyarakat internasional setelah dua tahun konflik yang menewaskan lebih dari 60 ribu warga Gaza dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur wilayah itu.
Trump menyebut perjanjian tersebut sebagai “momen bersejarah” yang dapat membuka jalan bagi perdamaian lebih luas di Timur Tengah.
BACA JUGA:BMKG Jayapura Imbau Warga Supiori Waspada Usai Gempa M 7,6 yang Berpotensi Tsunami
Presiden Israel Benjamin Netanyahu juga menyambut baik kesepakatan itu, dengan menegaskan bahwa salah satu tujuan utama perang, yakni pemulangan sandera, akhirnya tercapai.
Namun, di tengah harapan perdamaian, banyak warga Gaza masih ragu untuk kembali karena ancaman ranjau, reruntuhan bangunan, dan aktivitas militer yang masih terlihat di udara.
Organisasi kemanusiaan mendesak agar proses penarikan pasukan disertai jaminan keamanan dan percepatan penyaluran bantuan.
Laporan PBB menyebut, sekitar 1,4 juta warga Gaza masih mengungsi dan membutuhkan tempat tinggal layak.