JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Penggunaan bedak tabur pada bayi masih sering dilakukan sebagian orang tua, terutama untuk menyerap keringat atau membuat kulit si kecil terasa lebih halus. Namun, dokter spesialis anak lulusan Universitas Indonesia, dr. Dimple Nagrani, Sp.A, mengingatkan agar bedak tidak diaplikasikan di area yang dekat dengan hidung bayi.
Menurut dr. Dimple, bedak sebaiknya hanya dipakai di area tubuh yang benar-benar berkeringat, seperti lipatan kulit tertentu. “Kami sudah tidak merekomendasikan penggunaan bedak di wajah, leher, atau dada karena posisinya terlalu dekat dengan hidung,” ujarnya dalam sebuah diskusi kesehatan di Jakarta, Kamis (25/9).
Alasannya, bayi yang baru lahir belum memiliki bulu hidung sebagai penyaring alami. Tanpa filter tersebut, partikel halus dari bedak tabur bisa dengan mudah terhirup masuk ke saluran pernapasan hingga sampai ke paru-paru. “Partikel kecil dari loose powder sering kali menyebabkan iritasi bahkan gangguan pernapasan,” tambahnya.
Meski ada risiko, sebagian orang tua masih menggunakan bedak pada wajah bayi untuk memberikan kesan segar setelah mandi atau agar kulit anak terasa lebih lembut. Tak jarang pula bedak dianggap mampu mencegah biang keringat.
BACA JUGA:Bayern Munchen vs Werder Bremen, Ujian Berat untuk Tim Asuhan Horst Steffen
Namun, pendapat serupa juga diungkapkan dr. Attila, Sp.A (K), dokter spesialis anak konsultan lulusan Universitas Gadjah Mada. Ia menegaskan bahwa bedak tabur memiliki bentuk partikel sangat halus yang mudah beterbangan di udara. “Karena ukurannya kecil dan tidak terlihat mata, serbuk bedak bisa dengan mudah masuk ke mulut atau terhirup bayi, terutama saat menangis atau bernapas lewat mulut,” jelasnya.
Apabila terhirup, bedak berpotensi menimbulkan masalah kesehatan pada bayi baru lahir, mulai dari iritasi saluran napas hingga kesulitan bernapas. Oleh sebab itu, para ahli menyarankan orang tua untuk lebih bijak menggunakan bedak dan hanya mengaplikasikannya pada area yang aman serta jauh dari sistem pernapasan si kecil.