MUARASABAK, JAMBI-INDEPENDENT.CO.ID - Nelayan yang ada di Kabupaten Tanjab Timur kini merasa khawatir, dengan adanya aksi komplotan perompak atau bajak laut.
Apalagi mereka kembali beraksi di wilayah perairan Kecamatan Muarasabak Timur, Senin 22 Agustus 2022 lalu.
Ternyata, kekhawatiran para nelayan di Kabupaten Tanjab Timur terkait bajak laut, bukan muncul baru-baru ini saja.
Sulaiman, salah satu nelayan tradisional yang ada di Kecamatan Kualajambi, Kabupaten Tanjab Timur mengatakan, mendekati masuknya bulan puasa tahun 2022 ini, ia dan beberapa nelayan tradisional lainnya telah menerka-nerka jika komplotan bajak laut mulai berkeliaran di perairan Kabupaten Tanjab Timur.
BACA JUGA:Kasus Mutilasi, 6 Oknum TNI AD jadi Tersangka
BACA JUGA:Perkara Kasus Penimbunan Minyak Solar 10 Ton di Sarolangun, Berkas Sudah P21, Minggu Depan Tahap 2
Mereka juga masuk ke wilayah perairan tetangga, yakni di wilayah Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau.
"Udah dari sebelum puasa bajak laut berkeliaran di laut bang, cuman yang banyak diincarnya nelayan yang ada di wilayah Pulau Dabok, Pulau Mas, Kabupaten Lingga," ucapnya.
Dia mengatakan, biasanya para komplotan bajak laut terlebih dahulu mengintai para korbannya terlebih dahulu, beberapa hari sebelum mereka melancarkan aksinya.
"Rombongan bajak laut itu biasanya nyari nelayan yang nginap atau bermalam di laut beberapa hari untuk jaring ikan bang. Jadi sudah diintai dulu, baru korbannya di bajak," ujar Sule, sapaan akrabnya.
BACA JUGA:Kapolda Jambi Mutasi Sejumlah Pamen dan Pama Polda Jambi dan Jajaran, Ini Nama-namanya
BACA JUGA:RT 22 Kelurahan Talang Bakung Gelar Gebyar HUT ke-77 RI
Ia juga menjelaskan, biasanya ada ciri-ciri khusus saat para komplotan bajak laut itu hendak menjalankan aksinya, dan dari pompong yang mereka gunakan.
Saat menjalankan aksinya, para komplotan lebih memilih pada malam hari. Selain itu, pompong yang mereka gunakan juga tidak ada cahaya penerangan yang menyala setiap saat, seperti pompong nelayan pada umumnya.
Kemudian, para komplotan ini biasanya berjumlah lebih dari lima orang di dalam satu pompong, dan biasanya mereka selalu membawa senjata tajam jenis parang. Bahkan dari pengalaman keluarganya, ada pula bajak laut yang menggunakan senjata api rakitan.