b9

Ratusan Pendaki Terjebak di Lereng Everest Akibat Badai Salju, Operasi Penyelamatan Dipercepat

Ratusan Pendaki Terjebak di Lereng Everest Akibat Badai Salju, Operasi Penyelamatan Dipercepat

Ilustrasi Gunung Everest-iStockphoto/jambi-independent.co.id--

JAMBI - INDEPENDENT.CO.ID - Lebih dari dua ratus pendaki dilaporkan masih terperangkap di lereng Gunung Everest setelah badai salju besar melanda kawasan perkemahan di Lereng Karma, wilayah timur gunung tersebut yang berada di Tibet, China.

Situasi semakin genting lantaran mereka telah terjebak selama berjam-jam di bawah timbunan salju tebal pada ketinggian sekitar 16.000 kaki di atas permukaan laut.

Badai salju mulai menerjang area pendakian pada Jumat malam, 3 Oktober 2025, dan berlanjut hingga Sabtu, 4 Oktober 2025.

BACA JUGA:BREAKING NEWS: Polisi Berhasil Identifikasi Pelaku Perampokan dan Pembunuhan di Talang Bakung

Cuaca ekstrem ini merusak sejumlah tenda dan membuat banyak pendaki mengalami hipotermia akibat suhu yang turun drastis hingga di bawah titik beku. 

Menurut laporan The Sun, media lokal sempat menyebut hampir 1.000 pendaki sempat terdampar di lereng gunung.

Namun, laporan terkini dari media pemerintah China pada Senin, 6 Oktober 2025 menyatakan sekitar 200 pendaki masih terjebak, sementara 350 lainnya telah berhasil dievakuasi ke tempat aman.

BACA JUGA:Telkomsel Raih Penghargaan dari Kementerian Perindustrian

Upaya penyelamatan terus dilakukan oleh ratusan petugas darurat dan warga desa sekitar yang turut membantu membersihkan jalur dari tumpukan salju tebal.

Pemerintah setempat menegaskan bahwa evakuasi menjadi prioritas utama karena kondisi medan yang berat dan suhu ekstrem berpotensi mengancam nyawa para pendaki yang belum ditemukan.

Sejauh ini, 350 pendaki yang berhasil diselamatkan telah dibawa ke Kota Qudang, Tibet. Salah satu pendaki yang dievakuasi menceritakan kepada Reuters bahwa kondisi cuaca kali ini sangat tidak biasa untuk bulan Oktober.

BACA JUGA:Waspada! Gunakan Rem Parkir Terlalu Lama Bisa Bikin Kampas Menempel dan Copot

“Udara di pegunungan sangat dingin dan lembap, risiko hipotermia sangat tinggi. Cuaca tahun ini benar-benar tidak normal,” ujarnya. 

Ia juga menambahkan bahwa pemandu yang menemaninya bahkan belum pernah menghadapi cuaca seburuk ini sebelumnya. “Semuanya terjadi begitu cepat dan tanpa peringatan,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: